Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahder Djohan, Perintis Palang Merah Indonesia

Kompas.com - 07/08/2022, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bahder Djohan adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada masa Kabinet Natsir dan Kabinet Wilopo.

Selain itu, Bahder Djohan juga merupakan salah satu tokoh yang ikut merintis berdirinya Palang Merah Indonesia sejak 1932.

Ia ikut tergabung sebagai anggota dari Panitia Lima, yaitu panitia yang dibentuk untuk mempersiapkan pendirian PMI.

Baca juga: Sejarah Palang Merah Indonesia

Riwayat pendidikan

Bahder Djohan lahir pada 30 Juli 1902, di Padang, Sumatera Barat.

Ia adalah putra kelima dari pasangan Moh Rapal St. Burhanuddin asal Koto Gadang, Bukittinggi, dan ibunya bernama Lisah berasal dari Kota Padang.

Sang ayah bekerja sebagai seorang jaksa, jabatan penting pada waktu itu.

Pada 1908, ketika Djohan baru berusia 6 tahun, ia disekolahkan oleh kedua orang tuanya di sekolah dasar terkenal bernama Sekolah Melayu di Padang.

Namun, karena pekerjaan sang ayah yang sering dipindahtugaskan, Djohan pun juga tidak bisa menetap di satu sekolah yang sama.

Ketika sang ayah ditugaskan di Pariaman, Djohan disekolahkan di sebuah sekolah daerah Bukittinggi pada 1913.

Selama mengenyam pendidikan di Bukittinggi, Bahder Djohan dikenal sebagai murid yang ramah sehingga ia memiliki banyak teman, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Salah satu orang yang menjadi teman akrab Bahder Djohan semasa sekolah yang saat ini dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia adalah Mohammad Hatta.

Baru dua tahun menjalani pendidikan, tahun 1915, Bahder Djohan kembali pindah karena orang tuanya ditugaskan ke Padang.

Sewaktu tinggal di Padang, Bahder Djohan harus indekost (bayar makan dan tempat tinggal) di rumah suatu keluarga untuk bisa melanjutkan pendidikannya di Holland Inlandsche School (HIS).

Dua tahun kemudian, 1917, setelah lulus dari HIS, Bahder Djohan melanjutkan studinya ke Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) di Padang.

Lalu, pada 1919, Djohan diterima di Sekolah Dokter Pribumi (STOVIA) di Batavia (sekarang Jakarta) dan tinggal di asrama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com