Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boentaran Martoatmodjo, Menteri Kesehatan Pertama Indonesia

Kompas.com - 01/08/2022, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Boentaran Martoatmodjo adalah Menteri Kesehatan Pertama dalam Kabinet Presidensial untuk periode 19 Agustus-14 November 1945.

Pada masa baktinya, Palang Merah Indonesia (PMI) didirikan pada 17 September 1945, di mana Boentaran Martoatmodjo dipercaya menjadi wakil, sedangkan ketuanya adalah Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Selain itu, Boentaran juga pernah terlibat dalam Peristiwa 3 Juli 1946, yaitu upaya perebutan kekuasaan atau kudeta yang dilakukan oleh kelompok Persatuan Perjuangan terhadap pemerintahan Kabinet Sjahrir II di Indonesia.

Boentaran Martoatmodjo tutup usia pada 4 Oktober 1979.

Baca juga: Peristiwa 3 Juli 1946, Upaya Kudeta Pertama di Indonesia

Masa muda

Boentaran Martoatmodjo lahir di Desa Loano, Purworejo, Jawa Tengah, tanggal 11 Januari 1896.

Boentaran adalah seorang keturunan bangsawan Jawa sehingga sejak kecil ia sudah mendapat pendidikan yang baik.

Setelah lulus dari sekolah dasar dan menengah di Jawa Tengah, Boentaran melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Dokter untuk Bumiputera (STOVIA) di Batavia (sekarang Jakarta).

Pada 1918, di usia 22 tahun, Boentaran berhasil menyelesaikan pendidikan dokternya dan langsung ditugaskan di Semarang, tepatnya di Kantor Inspektorat.

Boentaran bekerja di Semarang selama satu tahun sebelum dipindahkan ke Banjarmasin untuk memberantas penyakit kolera yang kala itu mewabah di Kalimantan.

Sepuluh tahun kemudian, 1928, Boentaran mendapat beasiswa pendidikan di Universitas Leiden, Belanda.

Selama di Belanda, selain aktif sebagai mahasiswa, Boentara juga ikut bergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) bersama kawan-kawannya yang lain, seperti Ahmad Soebardjo.

Ia mengenyam pendidikan di Belanda selama sekitar 3 tahun, lulus pada 1931, dengan gelar doctor in de geneeskundig.

Masih di tahun yang sama, Boentaran kembali ke Tanah Air dan tinggal di Jakarta.

Ia bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat Jakarta sampai tahun 1932.

Baca juga: STOVIA, Sekolah Dokter Zaman Hindia Belanda

Pada 1933, Boentaran dikirim ke Semarang untuk membantu memberantas penyakit Lepra di sana selama lima tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com