KOMPAS.com - Indonesia pernah mengalami gejolak pada 1960-an, yang berujung pada demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa.
Demonstrasi itu melahirkan Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura, yang kemudian mengubah sejarah Indonesia.
Tritura disebut sebagai tonggak sejarah lahirnya Orde Baru yang diprakarsai oleh gerakan mahasiswa.
Melalui Tritura, terjadi pergantian rezim, yakni dari Orde Lama ke Orde Baru.
Baca juga: Peran Mahasiswa dalam Peristiwa Reformasi 1998
Pada 1960-an, Indonesia mengalami gejolak, yang salah satunya dikarenakan Presiden Soekarno memposisikan Indonesia berlawanan dengan negara-negara Barat.
Sikap anti neo-kolonialisme dan neo-imperialisme menyebabkan Indonesia kehilangan dukungan politik maupun ekonomi dari luar negeri.
Indonesia kemudian mengalami krisis ekonomi yang berdampak pada harga yang membumbung tinggi.
Puncaknya krisis terjadi pada 1965, ketika Peristiwa G30S meletus dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dekat dengan Soekarno dituduh bertanggung jawab atas terbunuhnya enam jenderal TNI dan satu perwira.
Situasi politik Indonesia pun semakin kacau karena muncul sentimen anti-PKI dan anti-Soekarno.
Kemudian, pada 1966, rakyat dan mahasiswa menggelar demonstrasi guna memprotes Soekarno yang tidak banyak berbuat saat itu.
Baca juga: De-Soekarnoisasi, Upaya Soeharto Melemahkan Pengaruh Soekarno
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan organisasi lainnya seperti KABI, KASI, KAWI, KAGI, yang tergabung dalam Front Pancasila melakukan unjuk rasa.
Beberapa organisasi tersebut melakukan demonstrasi di halaman Gedung DPR-GR pada 12 Januari 1966.
Para pengunjuk rasa menuntut tiga hal yang kemudian dikenal sebagai Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura.
Isi Tritura adalah sebagai berikut.
Baca juga: Kabinet Dwikora I, II, dan III: Susunan, Kebijakan, Kejatuhan
Presiden Soekarno kemudian menganggap bahwa aksi unjuk rasa itu sebagai usaha membelokkan jalan revolusi ke kanan.