Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjanjian Jepara: Latar Belakang dan Isinya

Kompas.com - 28/03/2022, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Perjanjian Jepara adalah kesepakatan antara Sultan Amangkurat II dan VOC (kongsi dagang Belanda) pada 1677, untuk memerangi pemberontakan Raden Trunojoyo.

Kala itu, Raden Trunojoyo dari Madura memberontak karena Sultan Amangkurat I dan II, yang memerintah Kerajaan Mataram Islam, dianggap terlalu keras dan berpihak pada VOC.

Bahkan, pada masa kepemimpinannya, Sultan Amangkurat I dan II ditolak oleh masyarakat karena sifatnya yang kejam, seenaknya, serta terlalu dekat dengan VOC.

Alhasil, Trunojo pun memberontak kepemimpinan Sultan Amangkurat I dan II.

Baca juga: Amangkurat I, Raja Kesultanan Mataram yang Zalim

Latar belakang Perjanjian Jepara

Pada 1924, Pulau Madura ditaklukkan oleh Sultan Agung, yang memerintah Kerajaan Mataram Islam periode 1613-1645.

Kala itu, Sultan Agung menangkap seorang bangsawan Madura, Raden Prasena, yang kemudian dijadikan menantu dan penguasa wilayah Madura di bawah Kerajaan Mataram.

Raden Prasena menyandang gelar Panembahan Cakraningrat atau Cakraningrat I.

Setelah Sultan Agung wafat, kedudukannya digantikan oleh putranya, Prabu Amangkurat Agung atau Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I.

Amangkurat I memiliki gaya kepemimpinan yang sangat berbeda dengan ayahnya.

Ketika Sultan Agung berkuasa, ia selalu memerangi Belanda. Namun, Amangkurat I justru bersikap sebaliknya, yakni mendekati Belanda untuk melindungi kepentingannya.

Tidak hanya itu, Amangkurat I juga bersikap semena-mena terhadap rakyat, yang membuat banyak orang merasa tidak puas dan akhirnya memberontak.

Baca juga: Biografi Sultan Agung, Penguasa Mataram yang Tangkas dan Cerdas

Bahkan, adik lelakinya, Pangeran Alit, juga memberontak kepada sang kakak pada 1648.

Cakraningrat I dan ayahnya, Demang Melayakusuma, diperintahkan untuk melawan pemberontakan Pangeran Alit, tetapi mereka tewas terbunuh saat bertugas.

Setelah itu, Madura dipimpin oleh Raden Undagan atau Cakraningrat II, adik Melayakusuma.

Beberapa tahun berselang, Pangeran Adipati Anom atau Raden Mas Rahmat, juga memberontak terhadap Amangkurat I, ayahnya sendiri.

Halaman:
Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com