Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kertajaya, Raja Terakhir Kediri yang Mengaku Dewa

Kompas.com - 31/12/2021, 10:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sri Maharaja Kertajaya atau yang dikenal sebagai Prabu Kertajaya adalah raja terakhir Kerajaan Kediri yang memerintah sekitar tahun 1194-1222.

Selama memerintah, ia dikenal sebagai raja yang kejam hingga membuat para Brahmana dan rakyat membencinya.

Di akhir kekuasaannya, ia dikalahkan oleh Ken Arok dari Tumapel yang sekaligus menandai berahirnya Kerajaan Kediri.

Sumber-suber tertulis tentang Raja Kertajaya didapat dari Kitab Negarakretagama, Prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), Prasasti Palah (1197), Prasasti Biri, dan Prasasti Lawadan (1205).

Baca juga: Mengapa Karya Sastra Kerajaan Kediri dan Majapahit Berkembang Pesat?

Raja Kediri

Raja Kertajaya naik takhta untuk menggantikan Sri Kameswara, yang berkuasa di Kediri menjelang akhir abad ke-12.

Selama memerintah, raja yang memiliki gelar Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa ini dikenal sangat kejam.

Prabu Kertajaya sering mengklaim bahwa dirinya adalah dewa yang bebas berkehendak sesuka hati. Ia bahkan mewajibkan rakyat, termasuk para Brahmana, untuk menyembahnya.

Ia juga mengatakan bahwa hanya Dewa Syiwa yang bisa mengalahkannya. Hal itu dibuktikan olehnya, dengan duduk di atas tombak yang berdiri tanpa jatuh ataupun terluka.

Para pendeta Hindu dan Buddha pun menolak perintah raja itu, karena sepanjang sejarahnya tidak ada Brahmana yang menyembah raja.

Raja Kertajaya pun tidak ragu untuk menyiksa para Brahmana yang menolak untuk menyembahnya, bahkan hingga meninggal dunia.

Baca juga: Jayabaya, Raja Kediri yang Terkenal akan Ramalannya

Diserang Ken Arok

Dalam Pararaton, Raja Kertajaya terkenal dengan sebutan Prabu Dandhang Gendis.

Disebutkan bahwa para pendeta Hindu dan Buddha yang menolak untuk menyembahnya, memilih melarikan diri ke Tumapel guna mencari perlindungan dari Ken Arok.

Saat itu, Ken Arok adalah penguasa Tumapel, yang berniat untuk melepaskan diri dari Kerajaan Kediri.

Tidak lama setelahnya, para Brahmana merestui Ken Arok sebagai raja di Tumapel, yang kekusaannya terpisah dari pengaruh Kerajaan Kediri.

Ken Arok pun memakai gelar Bathara Guru (nama lain Dewa Syiwa) dan segera memimpin pasukkannya, yang didukung oleh para Brahmana, untuk bergerak menyerang ke Kediri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com