KOMPAS.com - Suharnoko Harbani adalah seorang mantan anggota Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan pelaku sejarah dari TNI AU.
Ia dikenal sebagai salah satu tokoh penyerangan melalui udara pertama AURI ke markas Belanda di tiga kota pada tahun 1947.
Pasca-keberhasilan misinya itu, Suharnoko Harbani diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Perindustian pada era pemerintahan Presiden Soekarno (Februari-Juli 1966).
Setelah itu, ia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kamboja pada 1968. Sedangkan pangkat terakhirnya di TNI AU adalah Marsekal Madya TNI.
Kini, namanya diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara TNI AU di daerah Tarakan, Kalimantan Utara.
Baca juga: Kronologi Agresi Militer Belanda I
Suharnoko Harbani lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 30 Maret 1925. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947, ia berstatus sebagai kadet (pelajar penerbang) di sekolah penerbangan TNI Angkatan Udara Maguwo, Yogyakarta.
Meski belum memiliki pangkat di pundaknya, bersama Kadet Penerbang Mulyono dan Kadet Sutardjo Sigit, Suharnoko Harbani nekat untuk membalas agresi militer Belanda.
Ketiganya menjadi kadet yang menjalankan operasi serangan udara pertama dalam sejarah TNI AU dengan menyerang markas Belanda di Salatiga, Ambarawa, dan Semarang pada 29 Juli 1947.
Adapun tiga pesawat yang digunakan dalam misi tersebut adalah pesawat warisan Jepang yang keadaannya telah rusak.
Suharnoko Harbani sendiri menyerang markas Belanda di Ambarawa melalui udara menggunakan pesawat Cureng, ditemani penembak bernama Kaput.
Dengan segala kekurangannya, Suharnoko Harbani dan rekan-rekannya berhasil menyelesaikan misi tersebut.
Serangan itu kemudian menjadi cikal bakal operasi udara yang terus dikembangkan oleh TNI AU.
Baca juga: Serangan Udara Pertama TNI AU ke Markas Belanda
Pada 1965, Suharnoko Harbani ditunjuk untuk mengisi jabatan Menteri Perindustrian Kabinet Dwikora II pada era Presiden Soekarno.
Kemudian pada 1966, ia ditunjuk lagi sebagai Menteri Perindustrian setelah menggantikan M Jusuf dari bulan Februari 1966 hingga Juli 1966.
Masih di tahun yang sama, Suharnoko Harbani kembali ke militer dengan menjabat sebagai Wadan Jenderal Akabri.
Setelah itu, pada 1968 ia diberikan tugas untuk menjadi Duta Besar Indonesia di Kamboja.
Tahun 1971, Suharnoko Harbani kembali ke Indonesia dan berada di Departemen Perindustrian lagi hingga memutuskan untuk pensiun pada 1976.
Marsdya (Purn) TNI Suharnoko Harbani meninggal di Jakarta pada 5 November 2001 di usia 76 tahun.
Referensi: