KOMPAS.com - Kyai Tapa adalah tokoh alim ulama dari Banten yang masih saudara seayah dengan Sultan Zainul Ariffin, yang berkuasa antara 1733-1748.
Di sisi lain, ia juga keturunan Tionghoa dengan nama Thung Siang Toh. Sedangkan nama aslinya adalah Tubagus Mustafa.
Tidak banyak diketahui tentang kisah hidupnya. Namun, Kyai Tapa dikenal sebagai tokoh penting dalam perlawanan rakyat Kesultanan Banten melawan VOC pada abad ke-18.
Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang memimpin perlawanan masyarakat Banten melawan belanda pada tahun 1750.
Ratu Bagus Buang adalah keponakan Sultan Zainul Arifin.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten
Pada Oktober 1750, Kyai Tapa memimpin sebuah pemberontakan besar terhadap pasukan VOC dan Ratu Syarifah.
Awal mula terjadinya pemberontakan ini disebabkan oleh dibuangnya Sultan Zainul Ariffin ke Ambon oleh VOC atas persetujuan istrinya sendiri, Ratu Syarifah.
Sejak akhir abad ke-17, VOC berhasil menanamkan pengaruhnya di Kesultanan Banten. Ketika Sultan Zainul Arifin naik takhta pada 1733, kerajaan semakin digerogoti persekongkolan dari keluarga istana sendiri.
Pasalnya, istrinya yang bernama Ratu Syarifah mulai merancang konflik antara Sultan Arifin dan putranya, Pangeran Gusti.
Pada akhirnya putra Sultan Zainul Arifin dibuang ke pengasingan, sementara keponakan laki-laki Ratu Fatimah diangkat sebagai putra mahkota yang baru pada 1747.
Tidak hanya itu, atas persetujuan Ratu Fatimah, Sultan Zainul Arifin dibuang oleh VOC ke Ambon pada 1748.
Sedangkan Ratu Fatimah diangkat menjadi wali dari putra mahkota yang saat itu masih kecil.
Perwalian Ratu Syarifah ini lantas memancing timbulnya oposisi di dalam Kesultanan Banten.
Baca juga: Sultan Haji, Raja Kesultanan Banten yang Berkhianat demi Kekuasaan
Selain itu, kebijakan yang diterapkan juga menuai protes dari kalangan rakyat jalata hingga kaum bangsawan.
Dengan kondisi seperti ini, rakyat pun terdorong untuk melakukan pemberontakan.