Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebudayaan Buni: Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Peninggalan

Kompas.com - 10/09/2021, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Kebudayaan Buni adalah kebudayaan gerabah yang berkembang di pesisir utara Jawa Barat antara 400 SM hingga abad pertama Masehi.

Kebudayaan ini dinamai berdasarkan lokasi penemuannya yang pertama, yaitu di Desa Buni, Kecamatan Babelan, Bekasi, Jawa Barat.

Para ahli sejarah meyakini bahwa manusia pendukung Kebudayaan Buni mungkin merupakan pendahulu Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang juga menandai awal berlangsungnya periode sejarah di Pulau Jawa.

Sejarah penemuan Kebudayaan Buni

Penelitian arkeologis di Situs Buni dilakukan oleh Lembaga Purbakala antara 1960 hingga 1970.

Pada awalnya, Kompleks Gerabah Buni hanya ditemukan di daerah Buni. Setelah itu, diketahui bahwa penyebarannya semakin meluas di sepanjang pantai utara Jawa Barat, yaitu di daerah Kedungringin, Wangkal, Utanringin, sampai di Karawang (Batujaya, Puloglatik, Kertajaya, Dongkal, Karangjati, Cikuntul, dan Tanjungsari.

Dari penelitian di lokasi tersebut, ditemukan rangka-rangka manusia yang dikuburkan bersama barang bekal kubur (funeral gift).

Barang-barang bekal kubur yang dimaksud meliputi gerabah (tempayan, periuk, pedupaan, cawan, dan kendi), beliung, perhiasan dari emas, manik-manik, dan benda-benda logam.

Baca juga: Corak Kehidupan Manusia Zaman Prasejarah

Teknik pembuatan gerabah

Gerabah yang ditemukan di kompleks Buni memiliki persamaan dalam teknik pembentukannya, yakni menggunakan teknik tatap-pelandas yang dipadukan dengan tangan.

Teknik tatap yang digunakan adalah tatap ukir, yang menghasilkan pola hias anyaman dan duri ikan.

Seiring berjalannya waktu, teknologi yang digunakan terus mengalami perkembangan.

Pada periode selanjutnya, masyarakatnya telah mengenal teknik roda putar yang dipadukan dengan tatap pelandas.

Penggunaan tatap berukir juga tetap dilanjutkan, dan teknik hias yang digunakan tidak hanya teknik tekan, tetapi juga teknik gores.

Akibat bertambahnya teknik pembuatan yang dikuasai, pola hias gerabah di kompleks Buni semakin banyak variasinya.

Tambahan pola hias itu adalah munculnya pola hias geometris, di antaranya segitiga dan lingkaran memusat.

Pola hias lingkaran memusat inilah yang pada akhirnya menjadi ciri pola hias gerabah kompleks Buni.

Baca juga: Situs Gunung Padang, Situs Megalitik Terbesar di Asia Tenggara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com