Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdul Wahid Hasjim: Masa Muda, Kiprah, dan Akhir Hidupnya

Kompas.com - 12/05/2021, 16:35 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - KH Abdul Wahid Hasjim adalah Pahlawan Nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama di Indonesia.

Pada 1939, Abdul Wahid Hasjim dipercaya untuk menjadi ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia). 

Kemudian, menjelang kemerdekaan, tahun 1945, ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. 

Ia adalah bapak dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Wahid Hasjim meninggal setelah mengalami kecelakaan mobil di Kota Cimahi pada 19 April 1953. 

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Bone

Masa Muda

Abdul Wahid yang semasa kecil disebut Gus Wahid lahir pada 1 Juni 1914.

Ia merupakan putra pertama dari Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'ari, pendiri Pondok Pesantren Tebuiremg, Jawa Timur, pendiri Nahdlatul Ulama. 

Awalnya, ia diberi nama Mohammad Hasjim, mewarisi nama sang kakek. 

Namun, karena dianggap tidak serasi, namanya pun diganti menjadi Abdul Wahid. 

Sejak berusia lima tahun, Gus Wahid sudah belajar mengaji Qur'an dari ayahnya. 

Kemudian, saat berusia tujuh tahun, ia belajar membaca kitab-kitab Fathul-Qarib juga dari sang ayah.

Gus Wahid pun melanjutkan pembelajarannya di beberapa pesantren, seperti Siwalan Panji, Sidorajo, Mojosari, Nganjuk, dan Lirboyo, Kediri.

Tahun 1932, ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan tinggal di sana sembari belajar sampai 1933. 

Baca juga: Radjiman Wedyodiningrat: Asal Usul, Budi Utomo, BPUPKI, dan Akhir

Kiprah

Sepulangnya dari Mekkah, Wahid Hasjim mulai masuk dalam pergerakan. 

Pesantren Tebuireng menjadi pangkalan awal untuk melaksanakan rencana meningkatkan pesantren. Ia ingin para santri sejajar dengan kaum intelektual yang aktif dalam pergerakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com