KOMPAS.com - Sektor tunggal putri Indonesia masih belum banyak bersuara dibanding nomor lainnya.
Sektor tunggal putri sempat mengejutkan pada Uber Cup 2022, tepatnya ketika Bilqis Prasista mengalahkan nomor 1 dunia, Akane Yamaguchi.
Namun, tak ada prestasi seperti gelar juara atau trofi yang diraih oleh tunggal putri sejauh ini.
Di sisi lain, sektor tunggal putri selalu diidentikan dengan Gregoria Mariska Tunjung sebagai ujung tombak. Nama lainnya dianggap pelapis.
Baca juga: Hasil Bulu Tangkis SEA Games 2021: Gregoria Kalah, Indonesia Tanpa Wakil di Final Tunggal Putri
Sayangnya, Gregoria tak selalu main bagus. Adakalanya dia menurun dan tak menjadi andalan.
Federasi bulu tangkis Indonesia, PBSI, menyediakan nama-nama seperti Bilqis Prasista dan Komang Ayu Cahya Dewi untuk penerus.
Namun ranking mereka belum memenuhi kriteria untuk berlaga di turnamen yang lebih besar.
Satu-satunya pemain tunggal putri yang makin dekat dengan peringakat 50 Dunia adalah Putri Kusuma Wardani.
Jawara Orleans Masters 2022 itu kini menempati posisi 52 Dunia BWF.
Baca juga: Profil Bilqis Prasista, Si Tenang asal Magelang
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI sekaligus pelatih tunggal putri Indonesia, Rionny Mainaky memberikan kemungkinan itu.
Di mana para pemain-pemain muda perlu mendapatkan kesempatan mengikuti turnamen yang lebih banyak agar poin dan ranking mereka segera naik.
Meski begitu, Rionny mengaku hal itu tampaknya tidak akan mudah untuk dilakukan.
"Kan ada turnamen yang gak ada poin, kita harus kejar poin," kata Rionny kepada BolaSport.com.
"Sebisa mungkin kita daftar dan bisa mereka ikut. Karena kadang-kadang kita daftar gak bisa ikut karena poinnya gak nyampe," ujar Rionny.
Baca juga: Profil Komang Ayu, Pencetak Sejarah bagi Bulu Tangkis Bali
Rionny Mainaky menegaskan, untuk para pemain setidaknya harus mampu juara di turnamen Super 100 atau 300.