JAKARTA, KOMPAS.com - Terhenti di babak delapan besar Piala Suditman 2021 membuat tim bulu tangkis Indonesia menjadi sorotan.
Fakta ini membuat Indonesia belum mampu meraih juara untuk kali kedua sejak Piala Sudirman kali pertama terselenggara pada 1989.
Baca juga: Contoh Gerak Lokomotor, Non-lokomotor, dan Manipulatif dalam Bulu Tangkis
Pada perhelatan dua tahunan ini, China mendominasi dengan raihan 12 kali juara.
Menyusul di belakang China adalah Korea Selatan.
Capaiannya adalah 4 kali juara.
Indonesia ada di posisi ketiga dengan satu kali juara tatkala Piala Sudirman resmi dipertandingkan kali pertama pada 1989.
Kegagalan demi kegagalan ini membuat satu dari dua pendiri sekolah badminton Royce Badminton Academy, Roy Karamoy melihat ada permasalahan pada pembinaan atlet bulu tangkis Indonesia.
"Saya melihat ada masalah di pembinaan bulu tangkis Indonesia," kata Roy yang mendirikan sekolah badminton bersama Harry Tumengkol dalam keterangan resminya, Selasa (5/10/2021).
Roy mennyebut, untuk tahap pertama, latihan penguatan fisik menjadi hal penting bagi pemain bulu tangkis.
"Latihan penguatan fisik adalah pondasi utama," ujar Roy.
Dengan modal fisik yang kuat, menurut Roy, atlet bisa melakukan empat hal penting.
Keempat hal itu adalah kemampuan teknik, taktik, strategi, dan mental.
"Ini dibutuhkan agar seorang atlet bisa mencapai prestasi dunia," ucapnya.
Roy mengingatkan, latihan fisik adalah persiapan jangka panjang bagi atlet bulu tangkis.
"Lattihan ini didasarkan pada program pembentukan pembentukan fundamental yang kuat dengan cara benar, sistematis, dan efektif," kata Roy.