KOMPAS.com – Gelaran Olimpiade dan Paralimpade 2020 di Tokyo, Jepang, resmi rampung beberapa waktu lalu. Pada ajang olahraga bergengsi tersebut, Indonesia sukses memboyong sejumlah medali.
Tercatat, Indonesia membawa pulang 1 medali emas, 1 perak, dan 3 perunggu saat berlaga di Olimpiade Tokyo. Sementara, perolehan dari ajang Paralimpiade terdiri dari 2 emas, 3 perak, dan 4 perunggu.
Berbicara mengenai prestasi olahraga, rapor Indonesia terbilang cukup stabil. Sejak Olimpiade Seoul 1988, Indonesia selalu mendapatkan medali. Empat tahun berselang, Indonesia mulai memanen setidaknya satu medali emas di ajang Olimpiade, kecuali pada 2012 di London.
Sementara, pada ajang Paralimpiade, kontingen Indonesia bahkan sudah mendulang medali sejak 1976 di Toronto, Kanada. Sayangnya, pada periode 1996 hingga 2008, Indonesia tidak berhasil membawa pulang satu medali pun.
Perlahan tapi pasti, prestasi Indonesia mulai membaik. Pada Paralimpiade London 2012 dan Rio de Janeiro 2016, kontingen Indonesia sukses mendulang medali.
Di Tokyo, raihan medali berhasil ditingkatkan dari ajang sebelumnya. Indonesia bahkan berhasil meraih dua medali emas di cabang bulu tangkis. Medali emas pertama di sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di Paralimpiade.
Bagi atlet Indonesia, bisa berlaga di Olimpiade dan Paralimpiade merupakan suatu kebanggaan. Pasalnya, event multicabang olahraga empat tahunan tersebut mempertemukan atlet-atlet terbaik dari seantero dunia. Ini berarti, mereka merupakan salah satu dari yang terbaik.
Bila mendapatkan medali emas, kebanggaan yang dirasakan atlet bertambah berkali lipat. Tak heran, banyak atlet dunia, termasuk Indonesia, bermimpi untuk berlaga di ajang olahraga tersebut.
Pemerintah sendiri telah melakukan pembinaan melalui pengurus masing-masing cabang olahraga (cabor) demi mewujudkan impian itu. Bahkan, kalangan swasta pun turut menginisiasi program pembinaan atlet berbakat Indonesia. Salah satunya adalah Toyota Astra Motor (TAM).
Komitmen TAM membantu pembinaan atlet berbakat Tanah Air dimulai sejak 2018 lewat kampanye Start Your Impossible (SYI). Program tersebut merupakan inisiasi Toyota secara global yang saat itu bertransformasi dari automotive company menjadi mobility company.
Nilai-nilai SYI akan berintegrasi ke dalam inovasi dan teknologi Toyota, serta menjadi landasan dalam aktivitas corporate social responsibility (CSR).
Di Indonesia, semangat SYI salah satunya terimplementasi lewat kampanye bertajuk “Hero Project”. Gerakan ini bertujuan menginspirasi masyarakat, khususnya generasi muda, agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi rintangan. Pasalnya, tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan.
Guna menyosialisasikan kampanye “Hero Project”, TAM menggandeng dua atlet nasional sebagai duta gerakan tersebut, yaitu pebulutangkis Marcus Fernaldi Gideon dan para powerlifter Ni Nengah Widiasih.
Marcus yang akrab disapa Sinyo mengaku senang dengan keterlibatannya dalam “Hero Project”. Sebab, spirit gerakan tersebut sesuai dengan pengalaman hidupnya.
Pengakuan serupa turut diungkapkan Widi. Dia berharap, keterlibatannya dapat menginspirasi banyak orang, khususnya rekan sesama difabel.
Dukungan TAM terhadap kemajuan olahraga Tanah Air tak berhenti sampai di situ. Pada Agustus 2019, perusahaan ini meluncurkan program kepramukaan atlet, Satukan Bakat Negeri Kita (Satria).
Program Satria menjadi bukti bahwa Toyota Indonesia tidak hanya berfokus mendukung atlet-atlet profesional, tapi juga atlet-atlet muda potensial. Khususnya, yang berusia di bawah 20 tahun.
Indonesia mempunyai banyak atlet muda potensial. Namun, sebagian dari mereka kurang mendapat dukungan dalam hal pelatihan, pembinaan, dan finansial.
Keberadaan program Satria diharapkan dapat membantu para atlet muda potensial dalam mewujudkan impiannya menjadi juara di bidang olahraga masing-masing.
Secara garis besar, tahapan program Satria terdiri dari seleksi dan pembinaan. Kedua proses tersebut dipegang oleh tiga mentor, yaitu mantan atlet renang Richard Sambera, tokoh penting dalam olahraga disabilitas Indonesia dr Nino Susanto, dan wartawan olahraga senior Eko Widodo (almarhum).
Ambasador program Hero Project, Marcus dan Widi, berperan sebagai motivational inspirator bagi para atlet muda nasional yang turut serta dalam rangkaian kegiatan program Satria.
Proses seleksi sendiri menghabiskan waktu selama beberapa bulan. Dari sekian banyak pendaftar, Toyota memilih 20 atlet muda dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka tidak hanya berbakat, tapi juga dinilai memiliki semangat SYI.
Adapun atlet pilihan tersebut berasal dari berbagai cabor, seperti atletik, angkat besi, balap sepeda mountain bike (MTB), selancar, renang, taekwondo, judo. Ada pula atlet paralimpik dari cabor atletik, renang, boccia, dan tenis meja.
Sepanjang 2020 hingga 2021,Toyota memberikan dukungan kepada 20 atlet pilihan program Satria tersebut. Dukungan yang diberikan berupa peralatan olahraga, pendampingan untuk mengikuti turnamen, dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing atlet.
Dukungan dari TAM melalui program Satria diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan olahraga nasional. Selain itu, program tersebut juga diharapkan dapat memberi kesempatan bagi para atlet muda untuk meningkatkan performanya.
Sebab, support yang diberikan Toyota dan pembinaan terhadap para atlet ini bertujuan untuk menjadikan mereka sebagai seorang atlet yang lebih baik lagi.