TOKYO, KOMPAS.com - Selepas Olimpiade Tokyo 2020, Jepang kembali berbenah untuk persiapan Paralimpik Tokyo 2020.
Pesta olahraga multicabang bagi atlet penyandang disabilitas itu juga akan berlangsung di Tokyo.
Perhelatannya akan dimulai pada Selasa (24/8/2021) sampai dengan Minggu (5/8/2021).
Baca juga: 3 Hal Tak Terlupakan dari Olimpiade Tokyo 2020
Besar kemungkinan, Paralimpik Tokyo 2020 juga akan berlangsung tanpa kehadiran penonton.
Jepang, sebagaimana diketahui masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
Setidaknya, lantaran kebijakan tanpa penonton pada sepanjang perhelatan Olimpiade Tokyo 2020, sektor hotel dan restoran, khususnya di Tokyo, terpaksa tekor.
Sementara itu, catatan Riset Nomura terkini menunjukkan di sektor itu, tercatat angka kerugian hingga 1,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19,4 triliun.
Sebelumnya, pemangku kepentingan Olimpiade Tokyo 2020, termasuk Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Tokyo 2020 sudah berketetapan bahwa pesta olahraga multicabang terbesar di dunia ini berlangsung tanpa kehadiran penonton.
"Kebijakan ini untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19," kata CEO Tokyo 2020 Seiko Hashimoto.
Kebijakan tanpa penonton memang membuat pukulan finansial bagi penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020.
Kebijakan tanpa penonton membuat pemasukan dari penjualan tiket sama sekali kosong.
Sebelumnya, penyelenggara berharap bisa menempatkan sekitar 50 persen dari kapasitas stadion dalam setiap laga bagi penonton domestik.
Namun, kebijakan itu lalu dihapuskan demi mencegah meluasnya pandemi Covid-19 di tengah status darurat bagi Tokyo.
Menjelang usainya Olimpiade Tokyo 2020, Minggu (8/8/2021), pemerintah Jepang membeberkan catatan mengenai penanganan Covid-19 yang dimiliki.
Selain melakukan tes Covid-19 harian, penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 melakukan kebijakan ketat jarak sosial.