KOMPAS.com - Bulu tangkis merupakan salah satu permainan olahraga bola kecil yang memerlukan peralatan raket, shuttlecock (kok), dan net.
Permainan dalam bulu tangkis bisa dimainkan antara satu pemain dengan satu pemain lainnya atau disebut tunggal (single).
Selain itu, bisa juga dimainkan dengan antarpasangan, tiap pasangan berisi dua pebulu tangkis atau dikenal dengan ganda (double).
Jauh sebelum dikenal dengan istilah bulu tangkis, olahraga ini dulu bernama battledore.
Baca juga: Daftar Peserta dan Grup Cabor Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo 2020
Olahraga bulu tangkis sejatinya sudah dimainkan sejah 2000 tahun lalu, baik oleh anak-anak maupun dewasa.
Mengutip buku Shuttlecock/Kock Menari Indah di Udara terbitan Kemendikbud pada tahun 2017, perkembangan sejarah bulu tangkis berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu.
Sebaran permainan ini juga sudah tersebar di China, Thailand, Jepang, India, hingga Yunani saat itu.
Nenek moyang terdininya diperkirakan ialah sebuah permainan tua orang Tionghoa yang bernama Jianzi.
Permainan tersebut melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket melainkan dengan kaki.
Sementara di India dulunya dikenal dengan nama poona.
Baca juga: Perbedaan Pukulan Lob dengan Drop Shot pada Bulu Tangkis
Kepopuleran bulu tangkis kemudian meningkat, saat orang-orang mengenal permainan tepok bola tersebut dari istana Badminton House, Gloucestershire, Inggris, pada abad ke-19.
Kala itu, pemain biasanya memakai dayung/tongkat (battledore) dan bersiasat agar kok tidak jatuh ke tanah.
Duke of Beaufort, pemilik bangunan tersebut, beserta keluarganya kerap menggelar permainan tersebut yang diikuti oleh 11 orang anak-anaknya.
Permainan tersebut lantas dibawa oleh tentara kerajaan Inggris menuju India, yang menyelenggarakannya secara terbuka serta menambahkan jaring agar pesertanya bisa bermain secara bergiliran.
Baca juga: 7 Medali Emas Olimpiade Milik Indonesia dari Cabang Bulu Tangkis
Kemudian pada tentara membawa kembali permainan itu ke Inggris dan mendapatkan namanya seperti sekarang berkat sebuah pamflet karya Isaac Spratt pada 1860.