Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab 12 Klub "Berkhianat" dan Membentuk European Super League

Kompas.com - 20/04/2021, 10:20 WIB
Medikantyo Junandika Adhikresna

Penulis

KOMPAS.com - Sebanyak 12 klub asal berbagai kompetisi di Eropa mengumumkan keterlibatannya dalam pembentukan ajang European Super League pada Senin (19/4/2021) kemarin.

Kompetisi kasta teratas Liga Inggris, Premier League, menjadi penyumbang tim terbanyak dengan bergabungnya Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham Hotspur.

Lalu terdapat Internazionale Milan, Juventus, dan AC Milan yang merupakan peserta kompetisi teratas Liga Italia, Serie A.

Sementara FC Barcelona bersama Atletico Madrid serta Real Madrid datang dari ajang tertinggi Liga Spanyol, LaLiga.

Mengutip pernyataan bersama ke-12 klub tersebut dari laman The Athletic, mereka menyetujui keberadaan kompetisi tandingan antarklub Eropa yang diselenggarakan tiap tengah pekan dalam musim mendatang.

Adapun sebab utama pembentukan kompetisi ini diduga berasal dari potensi meraih keuntungan besar secara finansial dari hak siar dan komersial setiap musimnya.

Baca juga: Apa Itu European Super League?

Seorang sumber yang dikutip laman The Athletic menyebut adanya penelitian terhadap suporter maupun penonton sepak bola usia muda dan ketertarikan pada kuantitas pertandingan antar klub besar di Eropa.

Daya tarik kuantitas pertandingan secara rutin antar klub besar Eropa itu, mendasari dibangunnya kompetisi tandingan oleh para klub yang tergiur dengan potensi pemasukan hak siar dan komersial tiap laga.

Bahkan, lembaga keuangan asal Amerika Serikat, JP Morgan, sudah mengeluarkan angka perkiraan bayaran sebuah tim jika setuju terlibat dalam kompetisi tandingan ini.

Awalnya, terdapat kesepakatan mengenai dana pembangunan infrastruktur serta pemulihan ekonomi terkait situasi pandemi Covid-19 sebesar 3,5 miliar euro (hampir menyentuh 61,2 triliun rupiah).

Nominal tersebut dibagi rata antara 15 klub pendiri atau peserta awal kompetisi, dengan tiga tim tersisa belum dapat diumumkan kepada publik dalam pekan ini.

Mengutip laporan lain yang dimuat oleh New York Times, ada proyeksi pembagian pendapatan hingga 400 juta dolar amerika (sekitar 5,8 triliun rupiah) bagi sebuah klub jika turut berpartisipasi dalam European Super League setiap musimnya.

Jumlah uang yang ditawarkan diketahui melebihi empat kali nominal hadiah uang dari kompetisi resmi antarklub Eropa tertinggi saat ini, Liga Champions.

Baca juga: Nasib Liga Champions Tanpa 12 Klub Pendiri European Super League

Respons negatif bahkan kecaman mengenai kehadiran kompetisi European Super League bermunculan baik dari suporter, klub peserta liga lainnya, hingga petinggi negara seperti Inggris dan Perancis.

Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Persatuan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) juga telah mengeluarkan pernyataan protes secara terbuka atas wacana kompetisi tandingan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Babak Akhir Ten Hag di Man United, Disebut Tidak Ada Jalan Kembali

Babak Akhir Ten Hag di Man United, Disebut Tidak Ada Jalan Kembali

Liga Inggris
Respons Pemain Persib Usai Ikuti 'Kelas' VAR Liga 1

Respons Pemain Persib Usai Ikuti "Kelas" VAR Liga 1

Liga Indonesia
Format Baru Liga 1 Disebut Seru, Apresiasi Trofi untuk Borneo FC

Format Baru Liga 1 Disebut Seru, Apresiasi Trofi untuk Borneo FC

Liga Indonesia
Persib Dapat Sosialisasi Penerapan VAR untuk Championship Series Liga 1

Persib Dapat Sosialisasi Penerapan VAR untuk Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Cara AC Milan Ganggu Pesta Scudetto Inter Milan di San Siro

Cara AC Milan Ganggu Pesta Scudetto Inter Milan di San Siro

Liga Italia
Indonesia Cetak Sejarah di Piala Asia U23, Kekuatan Poros Ernando-Rizky Ridho

Indonesia Cetak Sejarah di Piala Asia U23, Kekuatan Poros Ernando-Rizky Ridho

Timnas Indonesia
Pelatih Timnas U23 Korea Terkejut dengan STY, Indonesia Lawan Sulit

Pelatih Timnas U23 Korea Terkejut dengan STY, Indonesia Lawan Sulit

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korea Selatan: PSSI Upayakan Nathan Tjoe-A-On Kembali

Indonesia Vs Korea Selatan: PSSI Upayakan Nathan Tjoe-A-On Kembali

Timnas Indonesia
Inter Juara Serie A, 'Demonismo', dan Karya Master Transfer Marotta

Inter Juara Serie A, "Demonismo", dan Karya Master Transfer Marotta

Liga Italia
Pengamat Australia Soal Syarat Timnas Indonesia Jadi 'Superpower' di Asia

Pengamat Australia Soal Syarat Timnas Indonesia Jadi "Superpower" di Asia

Timnas Indonesia
Kontroversi Gol Hantu di El Clasico, Barcelona Siap Tuntut 'Rematch'

Kontroversi Gol Hantu di El Clasico, Barcelona Siap Tuntut "Rematch"

Liga Spanyol
STY Paham Korea Selatan, Disebut Senjata Tertajam Timnas U23 Indonesia

STY Paham Korea Selatan, Disebut Senjata Tertajam Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
Atlet Sepeda Indonesia Bernard van Aert Lolos Olimpiade Paris 2024

Atlet Sepeda Indonesia Bernard van Aert Lolos Olimpiade Paris 2024

Sports
Olahraga Golf, Royale Krakatau Renovasi Area Driving Range

Olahraga Golf, Royale Krakatau Renovasi Area Driving Range

Sports
Alasan Mourinho Pergi dari Man United dengan Sedih, Singgung Ten Hag

Alasan Mourinho Pergi dari Man United dengan Sedih, Singgung Ten Hag

Liga Inggris
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com