KOMPAS.com - Formasi 4-2-3-1 baru ramai diperbincangkan pada akhir dekade 2000.
Strategi ini pertama kali dipakai oleh timnas Maroko pada Piala Dunia 1994. Kemudian booming pada Piala Dunia 2002 dan 2006.
Saat ini, Barcelona di bawah asuhan pelatih Ronald Koeman juga kerap kali menggunakan formasi 4-2-3-1.
Formasi 4-2-3-1 dalam sepak bola menempatkan pemain penyerang sejumlah satu orang atau disebut juga dengan istilah striker tunggal.
Baca juga: Macam-macam dan Tugas Pemain Belakang atau Bek dalam Sepak Bola
Pola formasi 4-2-3-1 ini menjadi solusi menyatukan playmaker dan deep-lying playmaker dalam satu skema.
Playmaker yang dahulu miliki tugas mengatur jalannya tempo permainan, dalam formasi ini lebih difokuskan ke kreativitas dalam menyerang.
Tugas mengatur tempo permainan pada skema ini diserahkan pada deep-lying playmaker, yang dipasangkan dengan gelandang box to box di lini tengah.
Sementara itu peran winger di sini tak se-ofensif di skema 4-3-3. Mereka justru akan bertugas lebih banyak mengkover lini tengah.
Baca juga: Macam-macam dan Tugas Penyerang dalam Sepak Bola
Kendati demikian, tugas ujung tombak di lini depan tak lantas semakin berat, karena sudah mendapat asupan khusus dari playmaker.
Timnas Belanda, Spanyol, dan Jerman pernah menggunakan formasi ini di Piala Dunia 2010.
Adapun, klub Premier League Manchester United besutan pelatih Ole Gunnar Solskjaer di musim ini menjadikan formasi 4-2-3-1 sebagai "senjata".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.