JAKARTA, KOMPAS.com - Di zaman teknologi digital saat ini, upaya memulihkan atlet cedera mesti memanfaatkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam pembinaan prestasi olahraga atau sport science.
Asep Azis, fisioterapis tim nasional sepak bola U-19 Indonesia, mengatakan hal itu berkenaan dengan dimulainya kembali pemusatan latihan nasional (pelatnas) U-19 di Spanyol, awal Januari 2020.
"Penggunaan sport science juga menjadi salah satu poin yang sedang disoroti oleh Kemenpora untuk menunjang prestasi atlet," tutur Asep Aziz.
Baca juga: Cedera Atlet Yang Masih Sering Diremehkan
Penggunaan sport science, menurut Asep Aziz lagi, akan mampu menghasilkan analisis objektif.
"Ini menjadi dasar bagi fisioterapis membuat program pencegahan cedera," kata Asep Azis.
"Data ini bisa digunakan oleh pelatih fisik untuk meningkatkan performance fisik atlet," lanjut Asep Azis.
Masih menurut Asep Azis, data-data sport science juga membantu pelatih kepala, sebagaimana halnya di Timnas U-19.
"Pelatih kepala bisa mengetahui sejauh mana persiapan fisik para atlet," kata Asep Azis seraya mengatakan bahwa tim kepelatihan Timnas U-19 juga bekerja sama dengan KineticX memanfaatkan sport science bagi peningkatan prestasi para atlet sepak bola muda Indonesia.
Secara singkat, sport science memanfaatkan aplikasi teknologi digital untuk menyimpan data-data Human Measurement Technologies yang hasilnya digunakan untuk performance, analisis risiko cedera (injury risk analysis), serta rehabilitation.
Asep Aziz, kemudian, dalam perjalanan kariernya menjadi pendiri atau founder KineticX Indonesia di Surabaya pada 2020.
Baca juga: Sport Science, Kebiasaan Baru untuk Masa Depan Olahraga Indoesia
Berbendera PT Teknologi Kinetik Indonesia, kata Asep Aziz, pihaknya menggandeng Vald Performance dari Australia.
Vald Performance mengusung teknologi antara lain humantrack 3D movement analysis, Force Frame Strength Testing, Nordbord Hamstring Testing, dan Force Desk (dual force plate).