KOMPAS.com - Italia menjadi episentrum penyebaran virus corona. Bahkan dalam satu hari, angka kematian akibat Covid-19 di Negeri Pizza mencapai 900 korban jiwa.
Hari demi hari terus berjalan, indikasi penurunan korban jiwa maupun pasien positif virus corona di Italia belum terlihat.
Setiap hari, mobil-mobil tentara membawa ratusan jenazah berselimut plastik ke tempat terakhir mereka.
"Saya tidak bisa menggambarkan betapa mengerikannya melihat Italia menderita seperti ini, melihat begitu banyak nyawa melayang setiap hari," tulis Fabio Cannavaro dalam "A Letter to Italy" (Sebuah Surat untuk Italia) yang dimuat di situs The Players Tribune.
Baca juga: Berkabung atas 11.591 Korban Meninggal Virus Corona, Italia Mengheningkan Cipta
"Hatiku tersentuh untuk semua orang yang terinfeksi, dan terutama untuk mereka yang kehilangan seseorang yang dekat dengan mereka," jelas kapten timnas Italia di Piala Dunia 2006 itu.
Di Italia, hingga Rabu (1/4/2020) pagi WIB, tercatat 12.248 dri 105.792 orang positif virus corona meninggal dunia.
Angka kematian karena virus asal Wuhan, China tersebut menjadi yang tertinggi di dunia.
Sebagai wujud keprihatinan dan berkabung, tiang setengah bendera dikibarkan, hening cipta dilakukan.
"Tidak seorang pun dari kita yang kebal terhadap virus ini," tulis dia lagi.
Baca juga: Noda Liverpool di Anfield Stadium Berbuntut Panjang
China dan Italia, tak bisa lepas dari dalam diri Fabio Cannavaro.
Dia saat ini mengemban sebagai juru arsitek klub asal China, Guangzhou Evergrande, dan berhasil membawa mereka meraih gelar Liga Super China musim lalu.
Cannavaro ingin Italia bersatu, bersama-sama melawan Covid-19.
"Orang sering bertanya kepada saya mengapa Italia memenangkan Piala Dunia itu," tulisnya.
"Kami tidak memenangkannya karena kami beruntung. Kami memenangkannya karena kami memiliki tim terbaik dan karena kami yakin kami akan memenangkannya."
Baca juga: Angelo Ogbonna: Inggris Pernah Remehkan Italia soal Virus Corona
Timnas Italia saat itu berangkat ke Piala Dunia 2006 di Jerman dihantui dengan skandal Calciopoli. Namun, setibanya di Jerman, sudah sepantasnya berjuang bersama menatap lawan di lapangan hijau.