KOMPAS.com - Kontravensi merupakan salah satu bentuk interaksi sosial disosiatif yang mengarah pada perpecahan atau konflik.
Tentunya interaksi ini tidak kita harapkan terjadi di lingkungan sekitar, karena bisa memecah belah persatuan dan kesatuan sesama manusia.
Apa itu kontravensi?
Menurut Sriyana dalam buku Sosiologi Pedesaan (2020), kontravensi adalah sikap menentang dengan niat tersembunyi agar tidak terjadi konflik terbuka.
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik, ditandai dengan adanya ketidakpastian, keraguan, bahkan penolakan.
Dikutip dari buku Antropologi Sosial Budaya (2020) oleh Sriyana, penyebab kontravensi yang paling umum adalah perbedaan pendirian.
Baca juga: Faktor-faktor yang Memengaruhi Interaksi Sosial
Kadang kita berjumpa dengan orang yang memiliki pemikiran, pendapat, bahkan pendirian berbeda. Hal inilah yang kemudian bisa menimbulkan kontravensi di masyarakat.
Leopold von Wiese dan Howard Becker membagi kontravensi menjadi lima bentuk, yakni:
Contohnya penolakan, perlawanan, gangguan, dan mengancam pihak lawan.
Misalnya penyangkalan pernyataan orang lain di depan umum.
Contohnya penghasutan dan penyebaran desas-desus.
Misalnya membocorkan rahasia orang lain bahkan berkhianat.
Contohnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
Jenis kontravensi di atas juga merupakan contoh kontravensi yang barang kali sering terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Berikut lima contoh kontravensi dalam kehidupan sehari-hari: