KOMPAS.com – Dalam logika matematika, ada aturan untuk pengambilan kesimpulan atauninferensi logika. Salah satu jenis inferensi logika adalah silogisme hipotetik.
Apa yang dimaksud dengan silogisme hipotetik dan bagaimana contoh silogisme hipotetik? Berikut adalah penjelasannya!
Dilansir dari The Stanford Encyclopedia of Philosophy, silogisme hipotetik adalah silogisme yang satu atau lebih premisnya berupa kalimat hipotetis yang melibatkan suatu kondisi.
Biasanya, yang bersifat hipotetis adalah premis mayornya atau premis pertama. Dalam premis mayor, proposisi pertama adalah anteseden dan proposisi keduanya adalah konsekuen.
Silogisme hipotetik ditandai dengan penggunaan kata “jika” dan “maka”. Sehingga, premisnya disebut sebagai pernyataan bersyarat.
Baca juga: Ilmu Pengetahuan Logika, Contoh Analisis, Klasifikasi, dan Definisi
Silogisme hipotetik berdasarkan kondisi terbagi menjadi empat jenis sebagai berikut:
Dilansir dari Department of Philosophy University of Nevada, silogisme hipotetik ini mengakui antesedennya sesuai dengan konsekuen pada premis mayor dan bernilai benar. Artinya, premis minornya adalah kebenaran antesedennya.
Premis mayor: p→q
Premis minor: p
Kesimpulan: q
Contoh silogisme hipotetik yang mengakui antesedennya adalah:
Premis mayor: Jika hari cerah, maka kami akan pergi berenang.
Premis minor: Hari ini cerah.
Kesimpulan: Kami pergi berenang.
Baca juga: Modus Ponens, Modus Tollens, dan Silogisme dalam Inferensi Logika
Silogisme ini memiliki premis minor yang mengakui konsekuennya. Perlu diingat bahwa konsekuen suatu pernyataak bersayarat adalah hal yang terjadi jika kondisi antesedennya terpenuhi. Konsekuen premis biasanya terletak di belakang kata “maka”.
Premis mayor: p→q
Premis minor: q
Kesimpulan: p
Contoh silogisme hipotetik yang mengakui konsekuennya adalah:
Premis mayor: Jika semalam hujan, maka jalanan basah.
Premis minor: Jalanan basah.
Kesimpulan: Semalam telah turun hujan.
Baca juga: Silogisme Kategoris: Pengertian dan Contohnya
Silogisme hipotetik ini memiliki premis mayor yang merupakan ingkaran atau negasi dari anteseden premis mayornya. Sehingga, kesimpulan silogismenya berupa negasi dari konsekuennya.