KOMPAS.com - Sapardi Djoko Damono lahir di Solo, 20 Maret 1940. Sapardi mulai aktif menulis puisi sejak tahun 1957, ketika itu masih menjadi murid SMA.
Beberapa buku puisinya di antaranya Mata Pisau, Akuarium, Perahu Kertas, Sihir Hujan, Hujan Bulan Juni, dan Arloji.
Salah satu puisi Sapardi Djoko Damono adalah Pada Suatu Hari Nanti. Di mana puisi tersebut diciptakan pada tahun 1991.
Puisi romantis dengan kedalaman makna yang begitu indah. Berikut puisinya:
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
Baca juga: Puisi Yang Fana adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono
Puisi tersebut menggambarkan kesadaran bahwa kematian itu akan terjadi kepada siapa saja. Sehingga sang penyair berusaha untuk mengingatkan bahwa sesuatu akan terjadi di masa mendatang.
Meski ditinggal karena kematian, sosok "aku" dalam puisi tersebut tidak akan membiarkan sosok "kamu" kesepian. Sosok "aku" akan terus menemani sosok "kamu" melalui sastra-sastra yang ia tinggalkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.