KOMPAS.com - Arus komunikasi horizontal (mendatar) berlangsung di antara para pejabat dari divisi yang berbeda. Sementara, komunikasi diagonal (menyilang) terjadi di antara dua orang dengan jenjang berbeda.
Kedua jenis arus komunikasi ini sangat penting dalam komunikasi organisasi. Salah satunya untuk membantu anggota bekerja dengan baik serta meraih tujuan bersama dalam organisasi.
Apa itu arus komunikasi horizontal dan diagonal dalam komunikasi organisasi?
Dikutip dari buku Perilaku Organisasi (2021) karya A.R. Dilapanga dan Jeane Mantiri, arus komunikasi horizontal adalah komunikasi yang mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi.
Komunikasi horizontal diperlukan untuk mengoordinasikan serta mengintegrasikan berbagai fungsi organisasi.
Contohnya komunikasi horizontal antara divisi produksi dengan pemasaran bisnis. Contoh lainnya, komunikasi antara berbagai fakultas di sebuah universitas.
Baca juga: Komunikasi Formal dan Informal dalam Organisasi
Menurut Andre Hardjana dalam buku Komunikasi Organisasi: Strategi dan Kompetensi (2016), tujuan komunikasi horizontal dibagi menjadi lima, yaitu:
Dalam buku Pengantar Manajemen (2018) karya H.B. Siswanto, meskipun jarang digunakan, arus komunikasi diagonal dalam komunikasi organisasi sangatlah penting, terutama dalam situasi saat para anggota tidak bisa berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain.
Arus komunikasi diagonal adalah komunikasi yang saling melintasi fungsi dan tingkatan dalam organisasi. Bisa digunakan saat anggota organisasi tidak bisa berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, maupun horizontal.
Contohnya seorang penyelia finansial dari organisasi besar, ingin menyusun analisis biaya distribusi. Beberapa organisasi mungkin melibatkan tenaga penjualan dengan mengirim laporan khusus langsung ke bagian penyelia finansial, dan tidak melalui departemen pemasaran.
Baca juga: Komunikasi Organisasi: Pengertian dan Cirinya
Ada tiga tujuan komunikasi diagonal, yakni: