Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi jika Pohon di Hutan Semakin Berkurang?

Kompas.com - 25/10/2021, 10:30 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.comHutan merupakan sumber daya alam yang menyusun sekitar 30 persen permukaan daratan planet bumi. Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman pohon yang ada di hutan juga semakin menyusut karena penebangan. 

Apa yang akan terjadi jika pohon di hutan semakin berkurang?

Dampak buruk 

Berikut adalah dampak buruk yang dapat terjadi jika hutan semakin berkurang:

Berkurangnya pasokan air bersih

Hutan berkaitan sanga erat dengan pasokan air bersih yang dibutuhkan seluruh makhluk hidup. Dilansir dari Food and Agriculture Organization of the United Nations, kondisi hidrologis dan ekologis hutan berperan untuk memaksimalkan hasil air, mengatur aliran musiman, dan memastikan kulitas air.

Berkurangnya hutan akan menyebabkan rendahnya transpirasi yang kemudian menurunkan curah hujan dan rendahnya air hujan yang terserap. Sehingga pasokan air bersih dalam batuan di bahwa tanah berkurang.

Baca juga: Kondisi Hutan jika Terjadi Penebangan Terus-menerus

Berkurangnya hutan juga menyebabkan tidak adanya zona penyangga untuk menyaring nutrisi dan polutan masuk ke akuifer (batuan yang mengandung air bersih).

Sehingga air tanah dapat tercemar dan otomatis mengurangi pasokan air bersih. Hal-hal tersebut akan menjadikan daerah yang hutannya berkurang mengalami kekeringan air.

Kebakaran hutan

Kekeringan yang diakibatkan oleh berkurangnya hutan dapat menyebabkan kebakaran hutan. Kekeringan menyebabkan tumbuhan mati dan mengering.

Ketika cuaca panas, tumbuhan kering rentang terbakar. Hal tersebut mengakibatkan kebakaran hutan yang sangat berbahaya.

Menyebabkan banjir dan longsor

Berkurangnya pohon dan hutan dapat menyebabkan bencana alam berupa banjir dan longsor. Tanpa adanya hutan, tidak aka nada daerah resapan air hujan. Sehingga air hujan mengendap dan mengakibatkan banjir.

Air hujan yang mengendap juga dapat menurunkan stabilitas tanah, terutama di lahan miring. Pengendapan air di lahan miring dapat menyebabkan longsor yang berdampak buruk bagi kehidupan.

Baca juga: Dampak Jika Hutan Bakau Rusak

Berkurangnya pasokan oksigen dan bertambahnya gas rumah kaca

Pohon menyerap karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca (pemicu pemanasan global) dan juga menggantinya sebagai oksigen yang dihirup manusia dan hewan.

Mengutip dari Arbor Day Foundation, satu pohon dewasa menyerap 48 pon karbon dioksida atau setara dengan emisi karbon dioksida yang dikeluarkan mobil untuk menempuh jarak 26 ribu mil.

Sehingga berkurangnya pohon dihutan dapat menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan bertambahnya karbon dioksida.

Karbon dioksida yang bertambah memicu efek rumah kaca yang lebih kuat dan menuntun bumi pada pemanasan global yang berbahaya.

Udara menjadi lebih panas

Selain menyerap polusi karbon dioksida, pohon juga dapat membuat udara lebih sejuk. Menyadur dari United States Environmental Protection Agency, transpirasi (proses penguapan kadar air dalam pohon) alami pohon dapat membantu mengurangi suhu sebesar satu hingga lima derajat.

Sehingga berkurangnya pohon dan hutan dapat menyebabkan suhu menjadi panas. Inilah mengapa suhu di hutan terasa jauh lebih dingin daripada di perkotaan.

Baca juga: Cara agar Hutan Bakau tetap Lestari

Kepunahan tumbuhan dan hewan

Kekeringan akibat rusaknya hutan dapat menyebabkan tumbuhan punah. Dan tanpa adanya hutan, tidak aka nada pasokan air, makanan, dan juga perlindungan untuk hewan tetap hidup.

Dampaknya, akan banyak hewan yang mengalami kepunahan karena berkurangnya hutan yang merupakan tempat tinggal mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com