KOMPAS.com - Salah satu bentuk kebudayaan Jawa yang masih diwariskan secara turun temurun adalah kain tradisional.
Ada beberapa kain tradisional masyarakat Jawa, seperti batik hingga tenun lurik. Masyarakat Jawa memiliki banyak jenis kain tradisional untuk dipakai pada kepentingan adat.
Kain tenun lurik telah ada di Jawa sejak lama dan tersebar dibeberapa daerah di Jawa, seperti Yogyakarta, Klaten, atau Solo dan sudah menjadi kerajinan tradisional.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lurik merupakan kain tenun yang coraknya berlajur-lajur.
Dikutip dari buku Lurik: Garis-Garis Bertuah: The Magic Stripes (2000) karya Nian S. Djoemena tenun lurik merupakan salah satu kain tenun Indonesia yang sederhana baik dalam penampilan maupun pengerjaannya, namun kain lurik ini sarat dengan berbagai makna.
Baca juga: Syarat-Syarat Perancangan Benda Kerajinan
Dilansir dari buku berjudul Kain Tenun (1998) karya Martono, kain lurik dalam istilah Jawa kuna disebut larik yang berarti baris, deret, garis atau lajur.
Pendapat lain mengatakan lurik berasal dari kata "rik" yang berarti garis atau parit dengan bermakna sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya.
Terdapat sumber yang mengatakan bahwa motif tenun lurik yang berbentuk kotak-kotak (terbentuk dari garis vertikal dan horisontal yang bertemu) merupakan inspirasi dari buah nangka yang belum matang yang dicacah-cacah.
Kemudian membentuk motif kotak-kotak yang dalam corak tenun lurik terdapat motif cacah gori atau dam-daman.
Secara garis besar corak kain lurik dibagi dalam tiga corak, yaitu:
Corak lajur yang garis-garisnya membujur searah benang lungsi (vertikal)
Corak yang garis-garisnya melintang searah benang pakan (horizontal)
Corak yang terjadi dari persilangan antara corak lajuran dan corak pakan malang.
Baca juga: Modifikasi Produk Kerajinan dari Bahan Limbah Organik
Corak yang ada pada kain tenun tersebut memiliki makna tradisi serta adat dan kepercayaan bagi masyarakat Jawa meskipun coraknya hanya berupa kotak-kotak dan garis-garis.
Corak tradisional biasa diambil dari flora, fauna, gending jawa, dan benda sakral atau bertuah.