KOMPAS.com - Pasca kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, China, Perancis dan Inggris datang ke Vietnam untuk melucuti tentara Jepang. China melakukan pelucutan dari arah Utara, sedangkan Inggris dan Perancis dari arah Selatan.
Dalam buku Sejarah Asia Tenggara (1988) karya D.G.E Hall, pasca pelucutan tentara Jepang di Vietnam, terjadi konflik dalam pihak sekutu tentang nasib bangsa Vietnam.
China dan golongan revolusioner Viet Minh menghendaki Vietnam menjadi negara merdeka, sedangkan Perancis dan Inggris ingin mengembalikan wilayah Vietnam kepada Perancis.
Perselisihan antara China dan Perancis-Inggris menyebabkan pertempuran besar di Vietnam. Ho Chi Minh dan pasukan revolusioner Viet Minh berusaha mengusir Inggris-Perancis dari kawasan Vietnam.
Baca juga: Peristiwa Reunifikasi Jerman (1990)
Pada 7 Mei 1954, Viet Minh berhasil menaklukan benteng Dien Bien Phu dan Eleine, sehingga pihak Inggris-Perancis harus mengakui kekalahan mereka.
Untuk mengakhiri konflik antara dua pihak yang bertikai dibuatlah Konferensi Jenewa pada Juli 1954. Perjanjian Jenewa berisi pembagian wilayah Vietnam menjadi dua yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Vietnam Utara berada dibawa kekuasaan Ho Chi Minh dan pasukan revolusioner, sedangkan Vietnam Selatan berada dibawah kekuasaan kaisar Bao Dai.
Pembagian Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pada perkembangannya menimbulkan perang saudara yang kerap disebut dengan Perang Vietnam.
Ho Chi Minh menganggap bahwa eksistensi Vietnam Selatan merupakan bentuk neo-imperialisme yang dilakukan oleh bangsa Barat. Oleh karena itu, ia dan pasukannya di Vietnam Utara melakukan upaya penaklukan terhadap Vietnam Selatan pada tahun 1964.
Baca juga: Sejarah Kebijakan Apartheid di Afrika Selatan
Dilansir dari buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (2013) karya M.C Ricklefs, keberlangsungan Perang Vietnam pada 1964-1975 tidak dapat terlepas dari pengaruh Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet).
Mereka saling memperebutkan pengaruh kekuasaan dan pengaruh ideologi di kawasan Vietnam. Pasukan Vietnam Utara yang berideologi Komunis mendapatkan bantuan persenjataan dan personel militer dari China dan Uni Soviet.
Disisi lain, Vietnam Selatan mendapatkan bantuan persenjataan dan personel militer dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1964, Vietnam Utara membentuk pasukan gerilyawan Viet Cong untuk mendominasi peperangan di Vietnam Selatan.
Dalam pertempuran Tet Offensive (1968) pasukan Vietcong mampu memanfaatkan kondisi geografis untuk mengalahkan Vietnam Selatan yang mendapatkan bantuan dari tentara Amerika Serikat.
Pasukan Vietnam Utara yang mendapatkan momentum kemenangan, terus melakukan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan.
Baca juga: Penaklukan Kembali Spanyol (Reconquista)
Pada tanggal 18 April 1975, pasukan Vietnam Utara melakukan pertempuran terakhir di Saigon yang merupakan ibukota dari Vietnam Selatan.
Pada pertempuran Saigon, Pasukan Vietnam Utara memperoleh kemenangan penuh dan presiden Vietnam Selatan Duong van Minh menyerah tanpa syarat pada tanggal 30 April 1975.
Selanjutnya pasukan Vietnam Utara mendeklarasikan berdirinya negara Vietnam yang baru dengan ideologi komunis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.