KOMPAS.com - Teuku Umar merupakan salah seorang pahlawan nasional dan sebagai pemimpin perang di Aceh dari tahun 1873-1899.
Teuku Umar menjadi panglima perang yang tak gentar membela tanah kelahirannya dari serangan penjajah yang ingin menguasainya.
Dilansir dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia (2012) karya Mirnawati, Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada 1854.
Dirinya anak seorang bangsawan bernama Teuku Achmad Mahmud dan memiliki dua orang saudara perempuan serta tiga saudara laki-laki.
Teuku Umar kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Dirinya juga dikenal memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam berbagai masalah.
Baca juga: Biografi Pangeran Diponegoro, Pemimpin Perang Jawa
Teuku Umar berjuang melawan penjajah saat usianya 19 tahun, yaitu pada tahun 1873. Dimuali dari daerah Meulaboh kemudian melanjutkan perjuangannya ke Aceh Barat.
Di usia muda, dirinya sudah diangkar menjadi kepala desa (keuchik). Sebagai panglima perang, Teuku Umar dikenal cerdik dan pandai bersiasat.
Sejak menikah dengan Cut Nyak Dien pada tahun 1880, perlawanan rakyat Aceh menentang penjajahan semakin kuat dan hebat.
Kecerdikan Teuku Umar terlihat saat dia berpura-pura menjadi kaki tangan Belanda hanya untuk mempelajari strategi perang yang diterapkan Belanda dan mendapatkan tambahan senjata.
Baca juga: Biografi Samanhudi, Pahlawan dan Pedagang Batik
Atas perbuatan itu, Teuku Umar rela dicap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh. Kerja sama Teuku Umar ternyata banyak menguntungkan Belanda.
Salah satunya, banyak pos Aceh yang dapat dikuasai Belanda. Atas jasanya, Belanda menganugerahi gelar Teuku Umar Johan dan mengangkatnya sebagai komandan pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh.
Dari situ dirinya terus mempelajari cara dan siasat Belanda sambil mengganti setiap orang Belanda sambil mengganti setiap orang Belanda di unit yang dia kuasai dengan pasukan dari Aceh.
Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar segera menarik pasukannya dari pios yang dikuasai Belanda. Perlengakapan perang Belanda seperti 800 senjata, 25.000 butir peluru, 500 kilogram amunisi, dan sejumlah uang dapat diambil alih oleh Teuku Umar.
Perlahan Belanda mengetahui kebohongan dan pengkhianatan Teuku Umar. Akhirnya Belanda melakukan operasi besar-besaran untuk memburu Teuku Umar dan pasukannya. Usaha Belanda tak membuahkan hasil.
Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan
Teuku Umar dan pasukannya ternyata sulit ditaklukkan. Pasukan Teuku Umar terus mengadakan perlawanan melawan penjajah. Daerah Banda Aceh dan Meulaboh dapat dikuasai Teuku Umar dan pasukannya.