KOMPAS.com - Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari perjuangan melawan penjajah yang sudah dilakukan selama berabad-abad.
Sejak abad ke-16, bangsa Eropa banyak yang datang dan singgah di Nusantara. Pada awalnya, kedatangan bangsa asing hanya untuk berdagang rempah-rempah.
Tapi lama-lama mereka menerapkan kolonialisme dan imperalisme untuk mendapatkan kekayaan alam di Nusantara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kolonialisme adalah paham tentang penguasaan suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu.
Imperalisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.
Bagi Indonesia, kolonialisme dan imperalisme berdampak negatif pada berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, dan sosial.
Baca juga: Kondisi Indonesia Sebelum 1908
Sehingga muncul perlawanan kepada negara penjajah di berbaga daerah.
Kondisi tersebut berlangsung cukup lama sebelumnya akhirya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sebelum abad ke-20 atau pada 1908, perlawanan bangsa Indonesia memiliki ciri antara lain:
Pada perlawanan tersebut tidak menampakan hasilnya. Bahkan selalu gagal dan dapat diberantas oleh penjajah.
Pada waktu itu mereka berjuang bukan untuk Indonesia merdeka. Tapi bagaimana cara untuk mengusir penjajah dari daerahnya.
Baca juga: Pembagian Kekuasan di Indonesia
Sehingga mereka dengan mudah bisa diadu domba oleh penjajah. Korban pun banyak berjatuhan di pihak Indonesia.
Bahkan menjelang akhir abad ke-19, kehidupan rakyat Indonesia tidak semakin membaik. Sistem tanam paksa masih terus berjalan dan membuat rakyat semakin menderita.
Tanam paksa yang diberlakukan Pemerintah Hindia Belanda menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia. Kemiskinan yang berkepanjangan dan menyebarnya wabah penyakit.
Bangsa Indonesia tidak hanya dijajah oleh satu negara, tapi ada beberapa negara.