Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Amir Syarifuddin dan 4 Komunis Divonis Mati

Kompas.com - 29/02/2020, 11:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

KOMPAS.com - 29 Februari 1944, Amir Syarifuddin dan empat tokoh komunis dijatuhi hukuman mati oleh Jepang.

Soe Hok Gie dalam Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan: Kisah Pemberontakan Madiun September 1948 (1997) menuturkan, beberapa minggu sebelum Jepang mendarat pada Januari 1942, pemerintah Hindia Belanda mulai membangun gerakan bawah tanah untuk melawan Jepang.

Orang yang ditugasi untuk membangun jaringan ini adalah Charles van der Plas, Gubernur Jawa Timur.

Karena van der Plas kurang akrab dengan tokoh-tokoh Indonesia, maka ia menugasi Mr. Amir Syarifuddin.

Amir adalah pegawai Departemen Ekonomi di Batavia. Ia juga mengetuai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), partai kiri yang antifasis.

Baca juga: Perjanjian Kalijati, Ketika Belanda Serahkan Indonesia ke Jepang

Pada 1940, Amir ditangkap. Ia disuruh memilih dibuang ke Digul atau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda.

Setelah berkonsultasi dengan pimpinan Gerindo, Amir memilih pilihan kedua.

Amir kemudian diberi 25.000 gulden untuk menyusun jaringan bawah tanah.

Dikutip dari Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan Jilid 2 (2008), Amir berkonsultasi ke Dr. Cipto Mangunkusumo.

Cipto baru pulang dari pengasingan dan menetap di Sukabumi. Di rumahnya, Amir mengadakan rapat dengan rekan-rekannya yakni Joko Suyono (komunis), Mr. Hendromartono (pemimpin buruh), dan dokter Ismail.

Baca juga: Seputar G30S/ PKI (2): Apa Sih Bedanya PKI, Sosialisme, Komunisme, Marxisme, dan Leninisme?

Dalam pertemuan disepakati pembentukan sebuah gerakan anti-fasis (Geraf).

Ketuanya tiga tokoh komunis muda yaitu Amir Syarifuddin serta Pramuji dan Sukayat dari Partai Komunis Indonesia (PKI) Ilegal angkatan 35. Dokter Cipto diangkat sebagai penasihat.

Terbongkar Jepang

Setelah datang, Jepang mengambil alih aparatur pemerintah Belanda. Termasuk mata-mata di Dinas Intelijen Politik atau PID (Politieke Inlichtingen Dienst).

Lewat PID, Jepang tahu gerakan-gerakan politik yang ada di Tanah Air. Tak terkecuali Geraf pimpinan Amir.

Pada September 1942, Jepang mulai menangkap orang-orang yang dicurigai. Kemudian pada Februari 1943, Amir bersama 300 pengikutnya ditangkap.

Baca juga: Kedatangan Jepang di Indonesia, Mengapa Disambut Gembira?

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Modus Pada Data Matematika

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Modus Pada Data Matematika

Skola
Direct and Indirect Speech dalam Bahasa Inggris

Direct and Indirect Speech dalam Bahasa Inggris

Skola
4 Unsur Pembentuk Kepribadian

4 Unsur Pembentuk Kepribadian

Skola
3 Jenis Wewenang Menurut Max Weber

3 Jenis Wewenang Menurut Max Weber

Skola
Perbedaan Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial

Perbedaan Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial

Skola
Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Median atau Nilai Tengah

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Median atau Nilai Tengah

Skola
Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Mean atau Rata-rata

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Mean atau Rata-rata

Skola
Komunikasi Verbal: Pengertian dan Contohnya

Komunikasi Verbal: Pengertian dan Contohnya

Skola
5 Perbedaan Utang dan Piutang dalam Akuntansi

5 Perbedaan Utang dan Piutang dalam Akuntansi

Skola
Definisi Konflik Sosial dan Contohnya

Definisi Konflik Sosial dan Contohnya

Skola
Kerangka Surat Lamaran Pekerjaan yang Tepat

Kerangka Surat Lamaran Pekerjaan yang Tepat

Skola
Serat Wulangreh Pupuh Durma

Serat Wulangreh Pupuh Durma

Skola
Kerajaan Islam di Sumatera yang Masih Berdiri

Kerajaan Islam di Sumatera yang Masih Berdiri

Skola
Patrape Nggawa Basa Jawa

Patrape Nggawa Basa Jawa

Skola
Langkah-langkah Memainkan Alat Musik Tradisional

Langkah-langkah Memainkan Alat Musik Tradisional

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com