KOMPAS.com - Indonesia adalah salah satu bangsa paling plural di dunia sebab terdiri dari ratusan etnik.
Masing-masing etnik memiliki akar tradisi dan keterikatan kuat dengan tanah leluhur di Indonesia, dengan kata lain asli Indonesia.
Akar tradisi yang kuat pada etnik-etnik berakibat budaya Indonesia tunggal tidak pernah terwujud. Masing-masing etnik memiliki budaya yang berbeda satu sama lain.
Tahukah kamu apa konsekuensi masyarakat multikultural di Indonesia?
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, konsekuensi masyarakat multikultural di Indonesia antara lain:
Baca juga: Masyarakat Multikultural: Pengertian dan Ciri-ciri
Berikut ini penjelasan singkatnya:
Fredrik Barth dalam Kelompok Etnik dan Batasannya (1988) menerangkan, istilah etnik menunjuk pada kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, atau kombinasi kategori tersebut pada sistem nilai budayanya.
Kelompok etnik adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang:
Identifikasi kelompok etnik pertama kali melalui hubungan darah. Orang yang mengadopsi nilai-nilai tradisi suatu etnik tanpa ada hubungan darah, tidak bisa digolongkan anggota kelompok etnik itu.
Saat anggota kelompok etnik bermigrasi, sering terjadi mereka keluar dari akar budaya etniknya karena mengadopsi nilai-nilai baru. Anak-anak anggota kelompok etnik yang merantau juga tidak bisa lagi berbahasa etnik.
Tetapi mereka tetap menganggap diri sebagai anggota etnik yang sama dengan orangtuanya. Serta tetap diakui kelompok etniknya.
Primordialisme adalah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil. Meliputi tradisi, adat istiadat, kepercayaan, atau segala sesuatu di dalam lingkungan pertamanya.
Ikatan seseorang pada kelompok yang pertama dengan segala nilai yang diperolehnya melalui sosialisasi akan berperan membentuk sikap primordial. Di satu sisi, sikap primordial memiliki fungsi melestarikan budaya kelompoknya.
Baca juga: Faktor Penyebab Masyarakat Multikultural di Indonesia
David Ricky Matsumoto dalam Culture and Psychology (1996) mendefinisikan etnosentrisme sebagai kecenderungan melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri.
Etnosentrisme tidak selalu negatif tapi dalam hal tertentu juga bisa positif. Etnosentrisme juga fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan.