KOMPAS.com - Meski sebelum merdeka rakyat Indonesia merasakan penindasan Jepang, ketika Jepang datang pertama kali rakyat menyambutnya dengan hangat.
Ini dikarenakan Jepang datang dengan janji-janji memerdekakan dan mensejahterakan Indonesia.
Jepang mengobarkan Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik melawan negara-negara Barat untuk membebaskan seluruh Asia dari penjajahan Barat.
Untuk mendapat dukungan rakyat dan tokoh Indonesia, Jepang melancarkan propaganda. Propaganda itu dilakukan dengan membentuk organisasi pergerakan, yang paling awal adalah Gerakan Tiga A (3A).
Baca juga: Kedatangan Jepang di Indonesia, Mengapa Disambut Gembira?
Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang (2018), Gerakan Tiga A (3A) punya tiga semboyan yakni:
Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal 29 April 1942, tepat dengan Hari Nasional Jepang yakni kelahiran (Tencosetsu) Kaisar Hirohito.
Gerakan ini dipelopori oleh Kepala Departemen Propaganda (Sendenbu) Jepang, Hitoshi Shimizu. Hitoshi Shimizu menunjuk tokoh pergerakan nasional, Mr Syamsudin (Raden Sjamsoeddin) sebagai Ketua.
Baca juga: Pemerintahan Sipil Jepang di Indonesia
Syamsudin saat itu adalah seorang Parindrist atau anggota Partai Indonesia Raya dari Jawa Barat. Sementara Barisan pemudanya dipercayakan ke Sukarjo Wirjopranoto yang juga seorang Parindrist.
Gerakan ini meliputi berbagai bidang pendidikan. Bidang pendidikan dapat memenuhi sasaran untuk menampung pemuda-pemuda dalam jumlah besar.
Pendidikan ini berupa kursus kilat, setengah bulan, bagi remaja berusia 14-18 tahun. Cara pendidikannya cukup unik.
Peserta harus bangun pagi-pagi buta, kemudian berolah raga, masak di dapur, mengurus kebun, dan menyapu.
Memasuki siang hari, mereka berlatih olah raga Jepang seperti sumo, jiu jitsu, adu perang, dan sebagainya.
Baca juga: Heiho dan PETA, Organisasi Militer Bentukan Jepang
Mereka dilatuh untuk disiplin, sopan, dan tertib dalam pekerjaan. Malam harinya, mereka dilatih bahasa Jepang.
Ada juga subseksi Islam yang disebut Persiapan Persatuan Umat Islam. Subseksi Islam dipimpin oleh tokoh pergerakan Abikusno Cokrosuyoso.
Gerakan Tiga A (3A) tidak bertahan lama. Ini dikarenakan rakyat kurang bersimpati. Gerakan ini terlalu menonjolkan Jepang dan bukan gerakan kebangsaan.
Moh Hatta dalam Memoir (1979) menuturkan, Gerakan Tiga A (3A) umumnya dibenci orang. Karena gerakan ini lebih banyak "menggolong" dari pada menolong.
Baca juga: PETA, Pasukan Indonesia Bentukan Jepang
Bagi golongan intelektual yang bergerak dalam politik Tiga A (3A), gerakan ini juga dianggap kurang menarik karena tidak ada manfaat dalam perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan.
Maka pada akhir 1942, Gerakan Tiga A (3A) dibubarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.