KOMPAS.com - Beberapa satelit atau puing-puing yang tidak berfungsi sering kali hilang selama bertahun-tahun. Hal tersebut dapat membahayakan orbit Bumi yang padat.
Sebuah satelit yang diluncurkan pada tahun 1974, menghilang dari sensor berbasis darat pada tahun 1990-an, akhirnya ditemukan setelah 25 tahun.
Baca juga: Bisakah Kita Mengisi Bahan Bakar Satelit yang Mati di Luar Angkasa?
Satelit yang hilang bernama Balon Kalibrasi Infra-Merah atau Infra-Red Calibration Balloon (S73-7) adalah bagian dari Program Uji Luar Angkasa Angkatan Udara Amerika Serikat.
Setelah tidak terlacak selama 25 tahun terakhir, satelit tersebut ditemukan kembali awal pekan ini, menurut data pelacakan dari Skuadron Pertahanan Luar Angkasa ke-18 Angkatan Luar Angkasa, dikutip dari The News International.
Setelah diluncurkan pada 10 April 1974, satelit pengintai besar, yang disebut KH-9 Hexagon, mengeluarkan satelit selebar 26 inci (66 sentimeter), meningkatkannya ke orbit melingkar 500 mil (800 kilometer), dilansir dari Gizmodo.
Satelit S73-7 seharusnya mengembang di orbit dan berfungsi sebagai target kalibrasi peralatan penginderaan jauh. Namun penerapannya gagal dan menjadi sampah luar angkasa.
Baca juga: Mengenal Point Nemo, Kuburan Satelit Luar Angkasa di Bumi
The S73-7 satellite has been rediscovered after being untracked for 25 years. New TLEs for object 7244 started appearing on Apr 25. Congrats to whichever @18thSDS analyst made the identification. pic.twitter.com/YJOow5o4ND
— Jonathan McDowell (@planet4589) April 29, 2024
Pelacakan satelit melibatkan jaringan sensor global yang mengidentifikasi lintasan objek yang mengorbit dan mencocokkannya dengan jalur penerbangan melingkar satelit, menurut New York Post.
Data ini kemudian diteruskan ke ringkasan satelit terkini dalam sistem yang menurut McDowell, “Pada dasarnya seperti kontrol lalu lintas udara.”
Data yang didapat berupa hasil pengawasan lebih dari 20.000 objek yang dilacak oleh Jaringan Pengawasan Luar Angkasa global milik Departemen Pertahanan.
Hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi sensor, terutama mengingat banyak dari pesawat luar angkasa tersebut bahkan tidak mengirimkan identitas.
Baca juga: NASA Bakal Luncurkan Satelit dari Kayu Pertama di Dunia
Objek luar angkasa juga sulit dilacak jika mengorbit tepat di atas garis khatulistiwa, yang tidak dipantau oleh radar apa pun, sehingga membuatnya mirip dengan titik buta raksasa.
Jaringan Pengawasan Luar Angkasa global Departemen Pertahanan saat ini melacak lebih dari 27.000 objek di orbit, yang sebagian besar adalah pendorong roket bekas, serta satelit yang masih beroperasi dan mati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.