Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Buaya di Kaki Gunung Himalaya Berubah Warna Menjadi Oranye?

Kompas.com - 07/06/2023, 10:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada sesuatu yang aneh terjadi pada buaya rawa dan gharial (buaya pemakan ikan) di Nepal. Dua hewan itu berubah warna menjadi oranye.

Buaya oranye ini terlihat di Taman Nasional Chitwan, kawasan lindung di kaki Gunung Himalaya.

Baca juga: Benarkah Kulit Buaya Antipeluru?

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?

Dikutip dari Live Science, Selasa (6/6/2023), ilmuwan berpikir perubahan warna ini disebabkan oleh zat besi di perairan di mana mereka berkumpul.

Alasan buaya di Nepal berubah warna

Untuk mencari tahu mengapa buaya menjadi oranye, para peneliti berkolaborasi dengan Project Mecistops, sebuah proyek konservasi yang bekerja untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali buaya moncong rampung Afrika Barat.

Hasil analisis menemukan ternyata beberapa sungai di taman nasional memiliki kadar besi sangat tinggi yang dapat menjelaskan mengapa beberapa buaya memiliki warna oranye.

"Buaya menghabiskan banyak waktu di beberapa sungai yang ternyata beberaa daerah di Chitwan memiliki kadar besi sangat tinggi di dalam air," tulis Phoebe Griffith, peneliti postdoctoral di Leibniz Institute of Freshwater Ecology and Inland Fisheries.

"Kandungan besi bereaksi dengan oksigen untuk membentuk zat berwarna oranye yang disebut oksida besi," sambungnya.

Berhubung buaya menghabiskan sebagian besar waktunya di air, sungai yang kaya zat besi bisa saja melapisi sisik dan gigi mereka dengan lapisan sementara partikel berkarat.

Gharial (Gavialis gangeticus) adalah buaya air tawar yang terancam punah. Buaya dengan moncong unik ini bisa tumbuh dengan panjang 5 meter dan berat 250 kilogram.

Baca juga: Apakah Buaya Bisa Menjulurkan Lidahnya?

Populasi gharial di Nepal telah anjlok hingga 98 persen sejak tahun 1940-an karen perburuan yang berlebihan.

Sebagian besar 200 gharial yang tersisa tinggal di Taman Nasional Chitwan, tetapi keberadaannya juga masih mendapatkan ancaman yang terkait dengan polusi, penambangan, dan penurunan populasi ikan.

Sementara itu, buaya rawa (Crocodylus palustris) lebih tersebar luas dan menghuni rawa-rawa dan saluran air yang membentang dari Iran selatan hingga India.

Mereka memiliki moncong lebar dan ukurannya mirip dengan gharial, tetapi beratnya bisa dua kali lipat.

Tampilan bersifat sementara

Tampilan oranye di tubuh buaya untungnya hanya bersifat sementara. Partikel berkarat dapat tersapu di perairan yang kurang kaya zat besi.

"Seharusnya hilang secara otomatis di air bersih," tulis Lala Aswini Kumar Singh, ahli zoologi dan peneliti satwa liar di India.

Baca juga: Kenapa Masyarakat Mesir Kuno Memuja Buaya?

Penampakan buaya oranye di Nepal bukan reptil berwarna karat pertama yang tercatat.

Sebuah studi tahun 2016 di African Journal of Ecology melaporkan bahwa buaya kerdil (Osteolaemus tetraspis) yang tinggal di goa-goa di Gabon berubah menjadi oranye setelah terpapar guano (kotoran) kelelawar yang mengandung urea tingkat tinggi.

Oksida besi juga mewarnai aligator berwarna oranye di South Carolina pada tahun 2017, setelah menghabiskan musim dingin di gorong-gorong besi berkarat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com