Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Memperburuk Ketidaksetaraan Gender, Kok Bisa?

Kompas.com - 18/05/2023, 18:00 WIB
The Conversation,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Oleh: Tina Sharifi dan Ayesha Tabassum

PERALIHAN ke sistem kerja dari rumah (remote working atau work from home) karena pandemi COVID-19 menuntut pasangan mengemban karier ganda untuk beradaptasi dengan cara hidup yang baru.

Baca juga: Kemiskinan Tidak Selalu Netral Gender: Perempuan Lebih Menderita

Seiring dengan semakin kaburnya tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga, para pasangan berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan kantor mereka dan kegiatan di rumah.

Bagi banyak pasangan heteroseksual, bekerja dari rumah sama sekali berbeda dengan rutinitas mereka sebelum pandemi – lebih mirip dengan kehidupan di tahun 1950-an.

Para peneliti yang mendalami dinamika pola hubungan baru ini menemukan bahwa, meskipun laki-laki dan perempuan sama-sama aktif bekerja (seperti melakukan pekerjaan kantor), perempuan tetap lebih banyak mengerjakan urusan rumah tangga selama pandemi.

Para ibu yang bekerja mengurangi jam kerja mereka atau bahkan meninggalkan karier mereka demi mengambil peran sebagai ibu rumah tangga, sementara pasangan laki-laki mereka tetap bekerja.

Fenomena ini, di mana perempuan mengambil bagian yang lebih besar dibanding laki-laki dalam urusan domestik karena stereotip gender, dikenal sebagai pembagian kerja berdasarkan gender.

Masih ada pertanyaan mengenai bagaimana dan mengapa sebagian besar pekerjaan rumah tangga terus dibebankan kepada perempuan, dan faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap ketidaksetaraan gender ini.

Pembagian kerja berdasarkan gender

Pembagian kerja berdasarkan gender dapat dijelaskan dengan peran sosial yang dilekatkan kepada laki-laki dan perempuan di rumah dan di tempat kerja. Peran sosial dibentuk oleh stereotip gender.

Baca juga: Mengapa Kesetaraan Gender di Korea Selatan Rendah Meski Sudah Jadi Negara Maju?

Perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, sedangkan laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah sehingga merekalah yang lebih cocok bekerja.

Namun, kesadaraan akan kesetaraan gender di tempat kerja dan di rumah telah meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir.

Secara khusus, pasangan yang lebih muda dilaporkan memiliki lebih banyak menjalin hubungan yang setara. Sebagai contoh, laki-laki ikut mengambil peran dalam pekerjaan rumah tangga.

Secara keseluruhan, pasangan dengan karier ganda memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap peran gender, dan mereka cenderung membuat keputusan rumah tangga berdasarkan faktor-faktor di luar gender.

Pada awal pandemi, diperkirakan pergeseran ke remote working akan mendorong lebih banyak pembagian pekerjaan rumah tangga yang lebih setara.

Namun, penelitian kami baru-baru ini, yang masih dalam proses publikasi, menemukan bahwa kemajuan ini terhambat oleh pandemi. Secara khusus, kami menemukan bahwa pembagian kerja berdasarkan gender di antara pasangan yang berkarier ganda justru memburuk.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com