Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Inisiatif Langit Gelap dan Sunyi, Upaya Internasional Perangi Polusi Cahaya

Kompas.com - 02/05/2023, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Antonia Rahayu Rosaria Wibowo

LISTRIK dan lampu merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Setiap aktivitas memerlukan listrik.

Lampu sebagai sumber penerangan di malam hari juga sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai sumber penerangan, lampu juga kerap kali digunakan sebagai akesoris atau hiasan.

Baca juga: Hari Antariksa Nasional, LAPAN Ajak Masyarakat Lestarikan Langit Gelap Malam Ini

Toko, kafe, dan pusat perbelanjaan merupakan beberapa tempat yang menggunakan lampu sebagai dekorasi papan reklame untuk menarik perhatian pengunjung.

Selain itu, pada hari raya seperti Natal, lampu-lampu juga semakin banyak digunakan untuk menghias pohon dan tempat-tempat umum yang lain. Contoh-contoh tersebut menunjukkan betapa bermanfaatnya lampu dalam kehidupan.

Akan tetapi, penggunaan lampu berlebih juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif penggunaan lampu secara berlebih ini melahirkan istilah polusi cahaya.

Polusi cahaya didefinisikan sebagai perubahan tingkat cahaya alami pada malam hari yang disebabkan oleh cahaya buatan.

Pada malam hari, sumber cahaya alami berasal dari bulan atau bintang, sementara itu sumber cahaya buatan berasal dari lampu yang digunakan pada papan reklame, lampu penerangan jalan, lampu di rumah-rumah penduduk, dan sebagainya.

Keberadaan cahaya buatan dalam jumlah yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Menurut penelitian Rasna Rajkhowa pada tahun 2014, cahaya buatan dapat mengganggu kesehatan manusia. Cahaya buatan berlebih dapat menyebabkan sakit kepala, keletihan, stres, menurunnya fungsi seksual, meningkatnya kecemasan, dan meningkatnya resiko terkena kanker payudara.

Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa cahaya buatan berlebih dapat menyebabkan disorientasi pada burung saat melakukan migrasi, mengganggu kura-kura betina yang mencari tempat untuk bertelur, mengganggu tukik penyu yang mencari laut, dan mengganggu perilaku natural ikan.

Baca juga: Mengapa Langit Gelap Saat Malam?

Selanjutnya, cahaya buatan berlebih dapat mengganggu metabolisme, perkembangan, dan program hidup tanaman serta ekosistem makhluk hidup.

Menurut Ron Chepesiuk dalam penelitiannya pada tahun 2009, luasnya dampak negatif polusi cahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan tersebut membuat isu ini menjadi sama pentingnya dengan pemanasan global.
Karena luasnya dampak negatif dari polusi cahaya, isu ini mendapat perhatian dari dunia internasional. Perhatian internasional terhadap polusi cahaya secara khusus terkait dengan dampak negatif cahaya buatan berlebih terhadap lingkungan.

Lingkungan perkotaan yang padat penduduk menggunakan lampu dalam jumlah berlebih dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecerahan langit malam. Berkurangnya kecerahan langit malam berdampak pada kesulitan pengamatan benda-benda langit yang sangat dibutuhkan oleh ilmu astronomi.

Kebutuhan pengamatan benda-benda langit untuk kepentingan pendidikan inilah yang menggerakkan komunitas internasional menginisiasi upaya untuk mengurangi polusi cahaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com