Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meteorit Berusia 4,6 Miliar Tahun Ungkap Asal-usul Air di Bumi

Kompas.com - 28/11/2022, 08:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Batuan luar angkasa yang jatuh di depan rumah sebuah rumah keluarga di Inggris pada Februari 2021 lalu, telah membantu memecahkan misteri dari masa air Bumi berasal.

Meteorit kuno berusia 4,6 miliar tahun ini, ternyata mengandung air yang sangat mirip dengan komposisi kimiawi air yang ditemukan di Bumi.

Hal tersebut memberikan penjelasan yang mungkin, tentang bagaimana planet kita memperoleh air yang menjadi pendukung kehidupan Bumi.

Baca juga: Studi Sebut Benua Tercipta dari Meteorit Raksasa yang Tabrak Bumi

Mengutip Live Science, Minggu (27/11/2022) ketika planet-palnet berbatu di Tata Surya muda pertama kali bergabung, mereka terlalu dekat dengan Matahari untuk membentuk lautan. Ini membuat Bumi muda tak jauh beda dengan Mars saat ini, tandus dan tak ramah.

Peneliti berpikir, kondisi itu kemudian berubah setelah Bumi mendingin dan itu terjadi ketika rentetan asteroid es dari luar Tata Surya membawa air beku ke Bumi dan mencair setelahnya.

Dan sekarang, analisis batu meteorit yang ditemukan di Winchcombe, Inggris, telah mendukung teori ini.

Luke Daly, rekan penulis studi dari University of Glasgow mengatakan, analisis pada meteorit Winchcombe ini memberikan wawasan tentang bagaimana Bumi bisa memiliki air, sumber dari begitu banyak kehidupan.

"Para peneliti akan terus mengerjakan spesimen ini selama bertahun-tahun yang akan datang, membuka lebih banyak rahasia tentang asal-usul tata surya kita," ungkapnya.

Untuk menganalisis mineral dan elemen di dalam batu, peneliti memoles, memanaskan, dan memberi paparan dengan sinar-X dan laser. Hasilnya peneliti mengungkapkan, bahwa meteorit berasal dari asteroid yang mengorbit di sekitar Jupiter dan 11 persen massa meteorit itu adalah air.

Hidrogen dalam air asteroid terdiri dalam dua bentuk, hidrogen normal dan isotop hidrogen yang dikenal sebagai deuterium, yang membentuk "air berat".

Para ilmuwan menemukan, bahwa rasio hidrogen terhadap deuterium cocok dengan rasio yang ditemukan dalam air di Bumi, yang secara kuat menyiratkan bahwa air meteorit dan air planet kita memiliki titik asal yang sama.

Baca juga: Ahli Jelaskan Kenapa Meteorit Sering Jatuh di Indonesia Akhir-akhir Ini

Sementara asam amino, penyusun protein dan kehidupan selanjutnya, juga ditemukan di dalam batu.

Untuk memperluas penelitian ini, para ilmuwan juga dapat menganalisis batuan luar angkasa lain di sekitar tata surya, seperti asteroid Ryugu, yang juga ditemukan mengandung bahan penyusun kehidupan.

Lebih lanjut, sebuah survei komprehensif terhadap batuan antariksa tata surya dapat memberi para ilmuwan wawasan yang lebih baik, tentang batuan mana yang membantu menyemai Bumi purba dan dari mana asalnya.

Studi dipublikasikan di jurnal Science Advances.

Baca juga: Berapa Banyak Meteorit yang Menabrak Bumi Setiap Tahun?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com