Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Tengkorak Kuno Jelaskan Perkawinan Silang Manusia dengan Neanderthal

Kompas.com - 30/08/2022, 10:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian sebelumnya telah menetapkan, bahwa ada jejak DNA manusia purba Neanderthal dalam genom manusia modern.

Dan sekarang sebuah studi eksplorasi yang menilai struktur wajah tengkorak prasejarah kembali menawarkan wawasan baru.

Salah satunya mendukung hipotesis, bahwa banyak dari perkawinan silang terjadi di Timur Dekat, wilayah mulai dari Afrika Utara hingga Irak.

Baca juga: Studi: Hanya 7 Persen DNA Kita yang Unik dan Beda dari Neanderthal

Steven Churchill, salah satu penulis studi dari Duke University mengatakan, DNA kuno menyebabkan revolusi dalam cara berpikir kita tentang evolusi manusia. Dan sekarang, kita mulai memahaminya meski itu cukup rumit.

"Kita sering menganggap evolusi sebagai cabang pohon, dan peneliti telah menghabiskan banyak waktu mencoba melacak kembali awal cabang Homo sapiens. Tapi itu bukan percabangan, melainkan lebih seperti serangkaian aliran yang bertemu dan menyimpang di banyak titik," jelas Churchill.

Dikutip dari Phys, Senin (29/8/2022) populasi Asia modern tampaknya memiliki lebih banyak DNA Neanderthal daripada populasi modern.

Hal ini bisa dikatakan aneh, karena Neanderthal hidup di tempat yang sekarang merupakan wilayah Eropa. Hal tersebut menunjukkan, bahwa Neanderthal kawin dengan manusia modern sebelum menyebar ke Asia.

Nah, dalam studi ini peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai kawin silang antara Neanderthal dengan Homo sapiens melalui struktur wajahnya.

"Dengan mengevaluasi morfologi wajah, kami dapat melacak bagaimana populasi bergerak dan berinteraksi dari waktu ke waktu," jelas Ann Ross, penulis studi dari North Carolina State University.

"Dan bukti menunjukkan kepada kita, bahwa Timur Dekat adalah persimpangan penting, baik secara geografis maupun dalam konteks evolusi manusia," lanjutnya.

Untuk penelitian ini, para peneliti mengumpulkan data tentang morfologi kraniofasial dari literatur yang diterbitkan. Ini pada akhirnya menghasilkan kumpulan data termasuk 13 Neandertal, 233 Homo sapiens prasejarah, dan 83 manusia modern.

Baca juga: Jejak Manusia Neanderthal di Rumah Masa Kecil Putri Diana

Para peneliti berfokus pada pengukuran kraniofasial standar, yang dapat direproduksi, dan menggunakan pengukuran tersebut untuk menilai ukuran dan bentuk struktur wajah utama.

Ini kemudian memungkinkan para peneliti untuk melakukan analisis mendalam untuk menentukan, apakah populasi manusia tertentu kemungkinan telah kawin silang dengan populasi Neandertal, serta sejauh mana kemungkinan kawin silang itu.

"Neanderthal memiliki wajah yang besar. Tapi ukuran saja tak membangun hubungan genetik antara populasi manusia modern dan Neanderthal. Studi kami di sini melibatkan analisis struktur wajah yang lebih kuat," terang Churcill.

Para peneliti juga memperhitungkan variabel lingkungan yang terkait dengan perubahan karakteristik wajah manusia, untuk menentukan kemungkinan bahwa hubungan yang mereka bangun antara populasi Neandertal dan manusia adalah hasil kawin silang daripada faktor lain.

Halaman:
Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com