KOMPAS.com -Meletusnya Gunung Krakatau yang terjadi 139 tahun lalu, menyisakan memori tersendiri. Erupsi gunung ini telah menimbulkan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribu orang.
Dituliskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gelombang tsunami yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Krakatau sangat kuat, bahkan bongkahan coral seberat 600 ton terlempar e darat. Suara letusan terdengar sejauh 4.500 km.
Saking dahsyatnya, waktu tempuh gelombang tsunami ke Surabaya sekitar 11,9 jam dengan tinggi 0,2 meter.
Sapuan gelombang tsunami akibat letusan Gunung Krakatau ini menghancurkan desa di sepanjang pantai Selat Sunda.
Tak berselang lama dari letusannya, tsunami mencapai Teluk Betung sekitar 1 jam setelah erupsi terjadi, begitu pula di pesisir barat Pulau Jawa.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pasang air laut di Teluk Bitung mencapai tinggi 20 meter.
Baca juga: Penyebab Letusan Gunung Krakatau 1883 dan Anak Krakatau 2018, Studi Ungkap Perbedaannya
Kota Merak yang terletak di semenanjung Banten dilanda gelombang pasang setinggi 30 meter dan 40 meter akibat dampak letusan dahsyat Gunung Krakatau.
Tsunami juga menyapu Teluk Semangko sesaat setelah memporak porandakan Teluk Betung, dan gelombangnua tidak setinggi yang mengarah ke Teluk Lampung.
Gelombang pasang yang meninggalkan Krakatau merambat dalam waktu 2 jam 30 menit mencapai Jakarta yang berjarak 169 km. Di Tanjung Priuk, tinggi gelombang laut rata-rata 3 meter dalam beberapa menit.
Komplek Krakatau terdiri dari empat pulau, yaitu Rakata, Sertung, Panjang, dan Anak Krakatau.
Sementara itu, akibat letusan dahsyat Gunung Krakatau itu, Pulau Rakata, Sertung, dan Panjang menjadi sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak Krakatau tumbuh mulai 20 Januari 1930.
Baca juga: Mengenal Potensi Tsunami Selat Sunda dan Letusan Gunung Krakatau di Masa Lalu