Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/08/2022, 20:30 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanaman porang menjadi salah satu komoditas yang saat ini menarik perhatian banyak orang.

Penanaman tanaman porang yang sederhana dengan manfaatnya yang beragam, membuat porang layak untuk dibudidayakan.

Tanaman porang bernama latin Amorphophallus Meullleri Biome, membutuhkan naungan untuk tumbuh secara optimal, seperti jati, mahoni, dan sono, sehingga porang bisa ditanam secara tumpang sari.

Setelah tanaman porang tumbuh, pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan untuk membersihkan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.

Baca juga: Budidaya Tanaman Porang, Apa Saja yang Perlu Diperhatikan?

Waktu dan ciri-ciri porang siap panen

Disadur dari laman BPTP Kalimantan Selatan, tanaman porang bisa dipanen untuk pertama kalinya sejak usia 2 tahun setelah ditanam.

Umbi yang dipanen dari tanaman porang adalah umbi besar dengan berat lebih dari 1 kg per umbi, sedangkan umbi yang masih kecil harus dipanen tahun berikutnya.

Setelah itu, tanaman porang dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam umbinya kembali.

Baca juga: Manfaat Tanaman Porang, dari Bahan Pangan hingga Bahan Baku Industri

Terdapat beberapa ciri tanaman porang yang siap dipanen, salah satunya daun telah kering dan jatuh ke tanah.

Setelah umbi dipanen, lalu dibersihkan dari tanah dan akar, umbi dipotong dan dijemur selama 5 hari.

Proses penjemuran tanaman porang dilakukan untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari dari jamur yang dapat menurunkan kualitas dan harga porang.

Pemotongan umbi pada saat panen harus dilakukan dengan benar, karena menentukan kualitas porang yang dihasilkan.

Sebatang pohon porang dapat menghasilkan sekitar 2 kg umbi, dan dari sekitar 40.000 tanaman per hektar, 80 ton umbi dapat dipanen pada tahun kedua panen.

Baca juga: Mengenal Tanaman Porang, dari Manfaat, Budidaya, hingga Jenis

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com