Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepunahan Dinosaurus Terjadi karena 2 Kali Tumbukan Asteroid Besar

Kompas.com - 19/08/2022, 19:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama kita mengetahui bahwa kepunahan dinosaurus disebabkan oleh sebuah tumbukan asteroid besar yang menghantam Bumi sekitar 66 juta tahun lalu.

Namun, kini peneliti punya pendapat lain mengenai tumbukan asteroid yang menghantam planet ini.

Menurut mereka kepunahan dinosaurus bisa saja terjadi karena dampak dari dua tumbukan asteroid yang berbeda.

Hal tersebut terungkap setelah para peneliti melihat fitur yang nampak seperti kawah selebar 9 kilometer, ditemukan terkubur di bawah dasar laut dekat pantai Afrika barat.

Baca juga: Bagaimana Dinosaurus Mampu Menopang Tubuh Raksasanya?

Kawah itu diperkirakan terbentuk dari bongkahan yang pecah dari asteroid Chicxulub yang selama ini disebut sebagai pemusnah sebagian besar dinosaurus.

Dikutip dari New Scientist, Kamis (18/8/2022) Uisdean Nicholson peneliti dari Heriot-Watt University in Edinburgh, Inggris melihat fitur mirip kawah tersebut dalam data refleksi seismik yang didapat dari industri minyak dan gas.

Fitur mirip kawah yang kemudian dinamai kawah Nadir ini, terkubur di bawah 300 meter sedimen, di daerah di mana airnya sedalam 900 meter.

Menurut Nicholson, strukturnya memiliki semua fitur karakteristik kawah tumbukan, termasuk tepiannya yang terangkat dan tanda-tanda material yang dikeluarkan di luar kawah itu sendiri.

Pemodelan yang dilakukan oleh anggota tim Veronica Bray dari University of Arizona, Tucson kemudian menunjukkan, bahwa fitur memang terbentuk karena dampak asteroid berdiameter sekitar 400 meter.

Lebih lanjut, kawah Nadir tampaknya telah terbentuk sekitar 66 juta tahun yang lalu, bersamaan dengan kawah Chicxulub di Meksiko yang memiliki lebar 180 kilometer.

Hal itu membuat tim berspekulasi, bahwa kawah Nadir merupakan bongkahan yang pecah dari asteroid Chicxulub, yang diperkirakan berdiameter 13 kilometer.

Nicholson menunjukkan, bahwa gravitasi dapat memecahkan asteroid selama orbit ketika mendekati Bumi, menyebabkan terjadi dua tumbukan hanya dalam beberapa hari.

Ada kemungkinan asteroid Chicxulub juga pecah menjadi beberapa fragmen. Sehingga kawah tumbukan lainnya masih harus ditemukan, meski bisa saja hancur oleh proses tektonik.

Walaupun kawah disebut terbentuk dalam satu waktu, Gareth Collins dari Imperial College London yang telah mempelajari dampak Chicxulub menyebut, bahwa dua peristiwa itu mungkin tak berhubungan.

Untuk itu timnya telah mengajukan proposal untuk mengebor kawah Nadir dan mengambil intinya untuk mengonfirmasi, apakah itu adalah struktur tumbukan, serta memastikan usia kawah dan kapan peristiwa tersebut terjadi.

Baca juga: Fosil Jakapil Kaniukura Ditemukan di Argentina, Dijuluki Dinosaurus Berlapis Baja

Menurutnya, dampak tumbukan Nadir saja tak akan menyebabkan kepunahan besar. Namun peristiwa itu, sebagian besar akan memengaruhi wilayah sekitarnya, paling tidak menciptakan gelombang tsunami yang tingginya 500 meter di dekat lokasi tumbukan.

Tumbukan Nadir juga dapat memicu pemanasan global dengan melepaskan karbon yang berasal dari batuan serpih hitam yang ditabraknya dan mendestabilasisi hidrat metana di dasar laut.

Studi dipublikasikan di jurnal Science Advances

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com