Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi Dini Penyakit, Ahli Sebut Tes Darah Dapat Memprediksi Risiko Leukemia

Kompas.com - 11/07/2022, 18:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi terbaru mengungkapkan, bahwa tes darah dapat membantu dokter untuk memprediksi risiko leukemia pada orang tua.

Pada akhirnya, hal itu diharapkan bisa meningkatkan diagnosis dini penyakit pasien.

Peneliti berkata, mengidentifikasi mereka yang paling berisiko seharusnya memungkinkan pasien mendapatkan perawatan pencegahan, atau pengobatan dini guna meningkatkan harapan hidup pasien.

"Dengan mengetahui risiko seseorang terkena leukemia, dokter dapat menjadwalkan jarak yang lebih singkat antara janji temu pada mereka yang paling mungkin mengembangkan penyakit dan memberikan pengobatan dini," ujar penulis utama studi sekaligus dosen di Institute of Cancer Sciences di University of Glasgow, Dr Kristina Kirschner.

Di Inggris, 28 pasien baru didiagnosis dengan leukemia setiap hari, dan setiap tahun lebih dari 40 persen dari semua kasus baru terjadi pada orang berusia 75 tahun ke atas.

Baca juga: Ilmuwan AS Ciptakan Tes Darah untuk Prediksi Risiko Serangan Jantung hingga Stroke, Seperti Apa?

Seiring bertambahnya usia, sistem darah manusia bisa menjadi rusak yang berpotensi meningkatkan kemungkinan terkena kanker darah seperti leukemia.

Dr Linus Schumacher, penulis utama yang juga Rekan Kanselir di Pusat Pengobatan Regeneratif University of Edinburgh, mengatakan timnya perlu memahami sel-sel berbeda yang terlibat dalam produksi sel darah dan bagaimana keseimbangannya berubah saat bertambahnya usia.

“Dengan menghubungkan data genomik melalui pembelajaran mesin, kami dapat memprediksi perilaku sel darah di masa depan berdasarkan mutasi yang mereka kembangkan," jelasnya.

Dilansir dari Independent, Selasa (5/7/2022) para peneliti dari University of Edinburgh, University of Glasgow dan Cancer Research UK Beatson Institute, menggunakan data studi jangka panjang di Skotlandia berdasarkan usianya.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, peneliti mengukur perubahan sampel darah selama periode 12 tahun, milik 85 orang usia 70 tahun ke atas.

Tim kemudian menggabungkan data ini dengan algoritma kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), untuk menghubungkan mutasi gen berbeda dengan kecepatan pertumbuhan dari sel induk darah yang membawa mutasi ini.

Baca juga: Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Apa Bedanya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com