Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilophosaurus, Dinosaurus yang Salah Identifikasi Hingga Puluhan Tahun

Kompas.com - 21/06/2022, 07:00 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.comDilophosaurus adalah dinosaurus yang paling banyak salah dipersepsikan oleh orang lain. Jika kamu pernah menonton film Jurassic Park (1993), dilophosaurus digambarkan sebagai dinosaurus yang berukuran lebih pendek dari manusia.

Visualisasi dilophosaurus memiliki selaput rumbai di sekitar lehernya yang bisa melebar serta ia mampu menyemprotkan bisa dari mulutnya. Ternyata, visualisasi tersebut benar-benar hanya cerita belaka, bukan berdasarkan bukti ilmiah yang ditemukan oleh ahli paleontologi.

Sejarah penemuan fosil dilophosaurus

Fosil pertama dilophosaurus

Pada tahun 1940, Jesse Williams adalah yang pertama kali menemukan spesimen dilophosaurus di Arizona. Dia menunjukkan fosil tersebut pada ahli paleontologi di University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Spesimen tersebut diteliti dan akhirnya diberi nama sebagai spesies baru oleh Samuel Welles pada tahun 1954.

Tim yang melakukan rekonstruksi pada fosil dipimpin oleh Wann Langston, Jr. tersebut menambahkan plester pada bagian fosil yang hilang. Hasil rekonstruksi awal tersebut membuat fosil ini tampak seperti allosaurus. Sayangnya, dalam publikasi yang dilakukan oleh Welles pada tahun 1984, ia tidak menyebutkan bagian tulang mana yang merupakan fosil asli dan bagian mana yang merupakan plester.

Fosil yang telah diplester inilah yang menjadi dasar acuan visualisasi dalam film Jurassic Park. Visualisasi ini juga dilengkapi dari gambaran yang dibuat oleh Gregory Paul pada tahun 1988 dalam bukunya yang berjudul Predatory Dinosaurs of the World.

Perkembangan teknologi dan fosil berikutnya

Berkembangnya teknologi membuat rekonstruksi dinosaurus berkembang pesat. Teknologi menggunakan komputer dan CT scan untuk memvisualisasikan fosil dengan lebih baik. Bahkan, kita bisa mengetahui ke dalam tulang dan batuan.

Pada tahun 1998, ahli paleontologi dari University of Texas kembali ke Arizona untuk mencari lebih banyak fosil dilophosaurus. Mereka yakin mereka bisa menemukan lebih banyak fosil di sana.

Ternyata temuan tim ini sangat mengejutkan. Temuannya jauh berbeda dengan temuan pertama dilophosaurus. Temuan pertama hanya fokus merekonstruksi dan mengklasifikasikan fosil berdasarkan moncong dan rahangnya saja. Mereka tidak menemukan bagian tengkorak dimana ini merupakan bagian yang paling khas dari dilophosaurus.

Temuan kedua menemukan bahwa dilophosaurus memiliki tengkorak yang dilengkap dengan dua bubungan di atas kepalanya. Selain itu, rahang atas dan bawahnya sangat kuat yang menunjukkan bahwa hewan ini memiliki kemampuan untuk menggigit mangsanya.

Bersamaan dengan fosil ini, ditemukan fosil dinosaurus herbivor, yaitu sarahsaurus, yang memiliki bekas gigitan. Ini menambah bukti untuk paleontologis bahwa dilophosaurus adalah hewan yang menyerang mangsanya dengan menggigit langsung, bukan dengan cakar atau menyemprotkan bisa seperti gambaran dalam film.

Baca juga: Dinosaurus Pemakan Daging Terbesar di Eropa Ditemukan di Inggris

Morfologi dilophosaurus

Dilansir dari National History Museum, dilophosaurus termasuk ke dalam terapoda. Panjang tubuhnya mencapai 6 meter dengan bobot 300 kilogram. Dinosaurus ini merupakan hewan bipedal atau berjalan dengan dua kaki.

Rahang dilophosaurus dilengkapi dengan deretan gigi yang tajam dan melengkung. Gigi yang melengkung ini mirip dengan yang dimiliki buaya modern dan diyakini berfungsi untuk menggigit dan menahan mangsanya.

Fitur yang paling unik dari dilophosaurus adalah dua tulang menonjol di atas kepalanya. Tulang ini menonjol dari atas lubang hidung hingga ke belakang telinga. Tulang ini sangat unik karena di dalamnya terdapat rongga-rongga seperti sarang lebah. Rongga ini diyakini untuk udara yang membuat tulang dilophosaurus lebih ringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com