Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Asal Mula Berdirinya Ende, Dongeng Ambu Nggo’be hingga Dori Woi

Kompas.com - 02/06/2022, 10:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ende merupakan salah satu kota/kabupaten di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia.

Secara astronomis, kabupaten Ende berada pada 8°26’24,71” LS – 8°54’25,46” LS dan 121°23’40,44” BT – 122°1’33,3” BT.

Ibukota Kabupaten Ende adalah Kota Ende. Kabupaten Ende diketahui memiliki luasan wilayah sekitar 2.046,6 kilometer persegi dengan populasi sekitar 238.040 jiwa.

Ende ternyata memiliki banyak versi cerita yang beredar mengenai asal mula berdirinya wilayah tersebut.

Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Nama Subang, Kota Nanas yang Berasal dari Suweng

Cerita asal mula berdirinya Ende

Dilansir dari laman resmi Kabupaten Ende, cerita asal muasal berdirinya Ende ini memiliki beragam versi, namun sebagian besar kisah tersebut dianggap sekadar dongeng, sebab fragmen sejarah tidak memberi kejelasan.

Berikut beberapa cerita mengenai asal usul Ende didirikan.

1. Ambu Nggo’be dan Ambu Roru

Dikutip dari karangan S. Roos (SUmbi, seorang mythos Kontroleur berjudul “lets Over Ende, cerita tentang Nua Ende pada 1872.

Diceritakannya, kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo’do wanita.

Keduanya menikah dan mendapatkan lima orang anak, tiga wanita dan dua lelaki.

Satu anak wanita Ambu Roru dan Ambu Mo’do menghilang tanpa pernah kembali lagi. Sementara empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo’do.

Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk di sana, untuk menangkap ikan.

Mereka mendapat banyak ikan yang separuhnya mereka makan di tempat dan sisanya mereka bawa pulang ke rumah.

Pada saat mereka makan, datang tuan tanah Ambu Nggo’be. Ambu Nggo’be pun diajak makan bersama dengan penuh keakraban dan persahabatan di antara mereka.

Ambu Nggo’be pun mengajak ketiga orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam di Pulau Besar. Anak, istri, dan harta benda miliki ketiganya bisa diboyong kemudian.

Ambu Ngggo’be juga akan memberikan tanah dengan syarat mereka harus bayar, satu gading dan seutas rantai emas.

Akhirnya ketiga orang itu pun memenuhi semua persyaratan yang diajukan. Mereka pindah dan menebang pohon, serta semak-semak yang ada di daerah baru tersebut untuk memulai perkembangan di Nua Roja yang kemuidian diganti dengan nama Nua Ende.

Lalu, terjadi perkawinan antara penduduk asal Pulau Ende dan penduduk asli di Pulau Besar itu.

Putera Ambu Roru menikah dengan puteri Ambu Nggo’be.

Beberapa waktu kemudian, data seorang laki-laki dari Kerajaan Madjapahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus.

Laki-laki dari Kerajaan Madjapahit itu menetap lama di Ende, dan menikah dengan wanita anak putera Ambu Roru dan Ambu Nggo’be.

Berikutnya, seorang Cina bernama Maga Rinu juga datang dan menetap di Nua Ende lalu menikah dengan anak keturunan dari keluarga tersebut.

Dengan begitu, diketahui bahwa Nua Ende atau Ende dalam cerita ini dimulai dari Ambu Nggo’be dari Pulau Besar dan Ambu Roru dari Pulau Ende, serta pernikahan-pernikahan berikutnya dengan orang dari Kerajaan Madjapahit dan orang Cina.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Nama Jepara, Kota yang Dijuluki Bumi Kartini

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com