Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2022, 16:31 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, sudah ada 27 dugaan kasus hepatitis akut berat pada anak di Indonesia hingga 17 Mei 2022.

Dari total kasus tersebut, setelah dilakukan pemeriksaan 13 di antaranya termasuk kategori discarded atau tidak berkaitan.

Sisanya adalah kasus probable atau kemungkinan terkena hepatitis akut, dan juga masuk kategori pending classification yakni masih menunggu hasil pemeriksaan. 

Sehingga, kasus ini dikeluarkan dari daftar dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau kerap disebut hepatitis akut misterius.

Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Sulianto Saroso dr Muhammad Syahril, menjabarkan kategori dugaan kasus hepatitis akut berat tersebut, antara:

  • Probable (1 pasien): DKI Jakarta
  • Pending classification (13 pasien): DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Timur
  • Discarded (13 pasien): DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur

Baca juga: Apakah Hepatitis Akut Misterius Berpotensi jadi Pandemi Berikutnya?

"Ada pengurangan kasus probable karena setelah dilakukan pemeriksaan terakhir dia sepsis karena bakteri, sehingga dia dikeluarkan (discarded). Yang tadinya dua (probable) di tanggal 16 Mei 2022 menjadi satu (kasus hepatitis akut)," ujar Syahril dalam konferensi pers daring, Rabu (18/5/2022).

Dipaparkannya dari 14 pasien yang diduga terkena hepatitis akut misterius, sebanyak sembilan orang di antaranya adalah laki-laki, dan lima perempuan.

Kelompok terbanyak disumbang oleh anak usia di bawah 5 tahun (7 pasien), disusul usia 6 sampai 10 tahun (2 pasien), dan 11 hingga 16 tahun (5 pasien).

Kemudian, enam pasien meninggal dunia yang diduga karena hepatitis akut berat di antaranya usia dua bulan, 8 bulan, 9 bulan, 1 tahun, 8 tahun, dan 14 bulan.

Sementara, empat pasien lainnya masih dirawat dan empat lainnya dipulangkan ke rumah karena berdasarkan hasil pemeriksaan klinis maupun laboratorium dinyatakan sudah pulih.

"Setiap hari Kementerian Kesehatan mengikuti perkembangannya (pasien dengan dugaan hepatitis akut misterius), sehingga akan ada update terus apakah pending-nya akan berkurang atau bertambah," ungkap Syahril. 

Baca juga: Kemenkes Temukan 18 Dugaan Kasus Hepatitis Akut, Apa Gejalanya?

Adapun sejumlah gejala hepatitis akut berat yang banyak dikeluhkan pasien di antaranya:

  • Demam
  • Hilang nafsu makan
  • Muntah
  • Mual
  • Jaundice atau kuning
  • Perubahan warna urine seperti teh
  • Nyeri bagian perut
  • Diare akut
  • Malaise atau lethargy
  • Arthralgia atau myalgia
  • Sesak napas
  • Perubahan warna feses menjadi pucat
  • Gatal

Dokter Syahril pun mengingatkan kepada masyarakat, khususnya para orangtua agar selalu memperhatikan jika ada gejala hepatitis akut misterius yang sudah disebutkan di atas. 

"Harapannya kepada masyarakat tetap harus waspada bahwasanya KLB (kejadian luar biasa) ini saat ini ada di negara kita, kasusnya masih sedikit," terang Syahril. 

Baca juga: Kasus Hepatitis Akut Misterius Kini di 20 Negara, Terbanyak di Inggris dan AS

"Pencegahan lebih penting dari pengobatan, maka harapannya semua orang tua yang punya anak 16 tahun harus betul-betul waspada, peduli kalau ada keluhan mual, muntah, atau diare, ini gejala awal jangan sampai berat," sambungnya. 

Jika gejala tersebut berlanjut, mata dan seluruh tubuh anak bisa berubah menjadi kuning. Pada tahapan berikutnya, gejala yang mungkin timbul adalah anak bisa mengalami kejang, maupun kesadaran menurun.

Dia pun menyoroti beberapa kasus anak yang meninggal dunia akibat hepatitis akut, karena keterlambatan dirujuk ke rumah sakit.

Sehingga, apabila gejala hepatitis akut tersebut muncul segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat sebelum terlambat diperiksakan.

Baca juga: Kasus Dugaan Hepatitis Akut Misterius di Indonesia, Ini Upaya Mitigasi Penularannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com