Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Dekade Suhu di Neptunus Tak Stabil, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 13/04/2022, 08:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian baru yang dipimpin ilmuwan luar angkasa di University of Leicester telah mengungkapkan bagaimana suhu di atmosfer Neptunus secara tak terduga berfluktuasi selama dua dekade terakhir.

Hasil ini didapat setelah para peneliti melakukan pengamatan panjang gelombang inframerah-termal di luar spektrum cahaya tampak yang secara efektif mendeteksi panas yang dipancarkan dari atmosfer planet.

Gambar inframerah termal Neptunus ini dikumpulkan dari beberapa observatorium selama hampir dua dekade. Termasuk dari Teleskop Sangat Besar di Observatorium Eropa Selatan, teleskop Gemini Selatan di Chili, serta beberapa teleskop lainnya.

Baca juga: Ada Hujan Berlian di Neptunus dan Uranus, Apa Itu?

Dengan menganalisis data tersebut, peneliti kemudian dapat mengungkapkan gambaran yang lebih lengkap tentang tren suhu Neptunus dibandingkan sebelumnya.

Namun yang mengejutkan, kumpulan data kolektif menunjukkan bahwa ada penurunan kecerahan termal Neptunus sejak pengamatan yang dilakukan mulai tahun 2003.

Hal ini menunjukkan bahwa suhu rata-rata global di stratosfer Neptunus telah turun sekitar 8 derajat Celcius antara tahun 2003 dan 2018.

"Perubahan ini tidak terduga. Karena kami telah mengamati Neptunus selama awal musim panas selatan. Kami memperkirakan suhu perlahan-lahan tumbuh lebih hangat, bukan lebih dingin," ungkap Michael Roman, peneliti dan penulis utama studi.

Peneliti juga menemukan, bahwa di kutub selatan Neptunus mengalami peningkatan suhu sekitar 11 derajat Celcius antara 2018 dan 2020.

Berkebalikan dengan tren pendingan rata-rata global sebelumnya. Pemanasan kutub ini belum pernah diamati di Neptunus.

Fenomena ini pun menjadi pertanyaan para peneliti. Pasalnya Neptunus sendiri memiliki kemiringan sumbu, sehingga mengalami musim sama seperti Bumi.

Tetapi mengingat jaraknya yang sangat jauh dari Matahari, Neptunus membutuhkan waktu lebih dari 165 tahun untuk menyelesaikan orbit di sekitar bintang induknya, sehingga musimnya berubah perlahan, masing-masing berlangsung lebih dari 40 tahun Bumi.

"Data kami mencakup kurang dari setengah musim Neptunus, jadi tidak ada yang mengharapkan untuk melihat perubahan besar dan cepat," jelas Glenn Orton, peneliti yang terlibat dalam studi.

Mengutip Science Daily, Selasa (12/4/2022) Penyebab perubahan suhu stratosfer yang tak terduga ini saat ini tidak diketahui, dan hasilnya menantang pemahaman para ilmuwan tentang variabilitas atmosfer Neptunus.

"Variasi suhu mungkin terkait dengan perubahan musiman dalam kimia atmosfer Neptunus, yang dapat mengubah seberapa efektif atmosfer mendingin," papar Roman.

Baca juga: Badai Raksasa Neptunus Terungkap, Diduga 2 Kali Lebih Cepat dari Katrina

Tetapi menurutnya, variabilitas acak dalam pola cuaca atau bahkan respons terhadap siklus aktivitas matahari mungkin juga berpengaruh.

Pengamatan lanjutan dari suhu dan pola awan diperlukan, untuk menilai lebih lanjut mengenai fenomena ini di tahun-tahun mendatang.

Dan tentu saja peneliti berharap mendapatkan bantuan dari Teleskop Luar Angkasa James Webb Space Telescope (JWST), yang akan mengamati kedua raksasa es, Uranus dan Neptunus, akhir tahun ini.

Studi yang dipublikasikan di Planetary Science Journal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com