Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Pola Hidup Jadi Petani Bikin Manusia Purba Lebih Pendek

Kompas.com - 09/04/2022, 15:17 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkapkan bahwa ada hubungan pola hidup dengan tinggi badan manusia purba.

Studi gabungan dari genetika dan sisa-sisa kerangka menunjukkan bahwa peralihan pola hidup dari berburu meramu ke bercocok tanam sekitar 12.000 tahun yang lalu di Eropa memiliki efek kesehatan yang negatif.

Peralihan itu membuat manusia yang hidup di periode waktu tersebut memiliki tubuh yang yang lebih pendek.

"Studi terbaru mencoba mengkarakterisasi kontribusi DNA terhadap tinggi badan," kata Stephani Marciniak, salah satu peneliti dalam studi.

Baca juga: Berusia 40.000 Tahun, Jejak Budaya Manusia Purba Ditemukan di China

"Kami mulai memikirkan pertanyaan lama seputar peralihan pola hidup, dari berburu meramu ke bercocok tanam, dan memutuskan untuk melihat pengaruh kesehatan terhadap tinggi badan sebagai proksi," papar Marciniak.

Seperti dikutip dari Phys.org, Jumat (8/4/2022); bersama dengan rekan-rekan peneliti lainnya, ia lantas meneliti tinggi badan167 individu yang hidup sebelum Neolitik, Zaman Neolitik, Tembaga, Perunggu, dan Besi atau sekitar 38.000 hingga 2.400 tahun yang lalu.

Para peneliti kemudian mengukur tulang dari sisa-sisa kerangka serta mengambil sampel untuk pengujian DNA purba. Setelah itu, peneliti menciptakan model dengan tinggi badan orang dewasa berdasarkan indikator yang terlihat pada tulang dan DNA purba serta indikasi genetik turunan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa individu dari zaman Neolitik dengan mempertimbangkan potensi tinggi yang ditunjukkan secara genetik rata-rata lebih pendek 3,81 cm dari individu yang hidup di periode zaman sebelumnya.

"Saat ini yang kita ketahui adalah bahwa 80 persen tinggi badan dipengaruhi dari genetik dan 20 persen dari lingkungan," jelas Marciniak.

Baca juga: Bagaimana Manusia Purba Membuat Api di Dalam Gua?

Namun peralihan gaya hidup itu, menurut Marciniak, tak selalu mengakibatkan penurunan tinggi badan meski hal itu terjadi di beberapa bagian Eropa.

Untuk itu perlu lebih banyak studi lagi untuk mengetahui apa penyebab penurunan tinggi badan selama peralihan gaya hidup ke pertanian, termasuk apakah faktor genetik bisa menjadi salah satu faktornya.

Temuan ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com