Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan Indonesia, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 31/03/2022, 16:03 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai negara agraris dan kepulauan, fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan untuk Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Puncak Peringatan HMD Ke 72: Expose Nasional Monitoring & Adaptasi Perubahan Iklim 2022, Rabu (30/3/2022).

"Frekuensi, intensitas, dan durasi bencana geohidrometeorologi akan makin meningkat. Daya adaptabilitas tanaman dan produktivitas tanaman semakin menurun dan ini mengancam ketahanan pangan di negara kita," kata Jokowi.

Perubahan iklim yang terjadi tak hanya berdampak terhadap Indonesia, melainkan juga negara lain seperti terjadinya peningkatan suhu udara, suhu muka air laut yang semakin menghangat, dan terjadi laju kenaikan muka air laut yang membahayakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Baca juga: BMKG Sebut Cuaca Ekstrem Sebabkan Mencairnya Salju di Puncak Jaya

Jokowi mengimbau masyarakat dan pihak terkait untuk memerhatikan dengan serius informasi cuaca dan perubahan iklim yang diberikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta instansi terkait lainnya.

Dari informasi yang ada, selanjutnya dapat diformulasikan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan cepat, serta siapkan penanganan yang lebih baik untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Selain itu, jajaran pemerintahan diminta mengembangkan sistem peringatan dini yang handal dengan menyediakan data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika secara cepat dan akurat yang dibutuhkan, serta menekankan untuk melakukan sistem edukasi kebencanaan yang berkelanjutan.

"Manfaatkan AI, big data, teknologi high performance computing dan lakukan dengan inovasi, teknologi rekayasa sosial dan cara kreatif untuk membangun kesadaran, ketangguhan, partisipasi masyarakat," tegas Jokowi

"Kapasitas dan ketangguhan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim harus terus ditingkatkan, agar masyarakat mampu merespons dengan cepat potensi risiko bencana," imbuhnya.

Baca juga: Perubahan Iklim Bisa Sebabkan Krisis Air Bersih di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG

Mengancam ketahanan pangan Indonesia

Sementara itu, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO), Prof. Petteri Taalas mengungkapkan, dampak perubahan iklim sudah sangat terlihat melalui cuaca yang lebih ekstrem di seluruh belahan dunia.

Di peringatan meteorologi dunia tahun ini, WMO mencanangkan tema “Early Warning and Early Action”, yang memiliki arti peringatan dini dengan lebih dini bertindak dalam mitigasi terkait bencana akibat cuaca, iklim, dan kondisi air yang kini cenderung ekstrem.

"Kami melihat gelombang panas yang lebih intens dan kekeringan serta kebakaran hutan. Kita memiliki lebih banyak uap air di atmosfer, yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir mematikan. Lautan memicu badai tropis yang lebih kuat dan naiknya permukaan laut meningkatkan dampaknya," papar dia.

Laporan WMO tentang statistik bencana selama 50 tahun terakhir menunjukkan, bahwa lebih dari 11.000 bencana terkait dengan cuaca, iklim, dan bahaya terkait air antara tahun 1970 dan 2019, hampir sama dengan satu bencana per hari.

Ada 2 juta kematian atau 115 per hari, sedangkan jumlah bencana telah meningkat lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir, dan biaya ekonomi melonjak. Hal itu diperkirakan akan terus berlanjut.

Baca juga: Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Fenomena Cuaca Ekstrem

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com