Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Profesi Pawang Hujan Masih Ada di Tengah Kecanggihan Teknologi di Indonesia?

Kompas.com - 23/03/2022, 12:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aksi pawang hujan Rara Istiani Wilandari di gelaran MotoGP Mandalika 2022 menarik perhatian netizen Indonesia dan masyarakat dunia.

Tidak hanya warga negara Indonesia yang ikut ramai memperbincangkan pro-kontra terhadap aksi pawang hujan di pagelaran akbar internasional tersebut, tetapi juga menjadi sorotan warga negara lain.

Sejumlah media asing dan akun Twitter MotoGP pun memberikan pujian terhadap aksi pawang hujan yang dinilai cukup berhasil dalam kerjanya itu.

Baca juga: Pawang Hujan Beraksi di MotoGP Mandalika 2022, Sejak Kapan Pawang Hujan Ada di Indonesia?

Di sisi lain, beberapa pihak atau lembaga terkait prediksi atau prakirawan hujan seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah membuat teknologi modifikasi cuaca (TMC) dan update realtime cuaca selama MotoGP digelar di Mandalika.

Plt Direktur Penguatan dan Kemitraan, Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Salim Mustofa mengatakan, teknologi modifikasi cuaca bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya hujan di Sirkuit Pertamina Mandalika yang tahun ini menjadi tuan rumah salah satu serius MotoGP 2022.

"Kami telah mengirimkan 15 personel dari Laboratorium Pengelolaan TMC dan Sekretariat Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi untuk menjalankan tugas negara tersebut," jelasnya.

Hal ini pun memunculkan pertanyaan baru, kenapa profesi pawang hujan masih bisa eksis di Indonesia sampai saat ini di tengah gempuran kecanggihan teknologi yang semakin bagus dari hari ke hari?

Peneliti Sastra dan Budayawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Dr Sunu Wasono mengatakan, pawang hujan memiliki posisi yang kuat seperti halnya dengan profesi pawang ular, pawang buaya, dan pawang lainnya.

Keberadaan pawang hujan dan pawang-pawang lainnya ini sangat mungkin ada, karena adanya usaha manusia untuk bertahan atau mempertahankan hidup.

Dengan begitu, pawang hujan ada karena ada kebutuhan manusia untuk menyikapi dan menyiasati perilaku alam, khususnya hujan.

Pawang hujan ini kembali menjadi ramai diperbincangkan usai aksi Rara Istiani Wilandari di gelaran MotoGP Mandalika 2022 menuai banyak komentar pro-kontra dari masyarakat.

Ada yang setuju, ada pula yang mempertanyakan kenapa perlu ada pawang hujan padahal sudah ada tekonologi yang lebih canggih untuk menganalisis potensi cuaca apakah akan turun hujan atau tidak dan lain sebagainya.

Menurut Sunu, keberadaan pawang hujan ini masih tetap ada sampai sekarang bukanlah suatu hal yang aneh.

Keberadaan pawang hujan masih tetap ada, karena sebagian dari masyarakat masih mempercayai keampuhan pawang hujan.

"Perlu diketahui bahwa keyakinan atau kepercayaan itu tidak hilang begitu saja," kata Sunu kepada Kompas.com, Selasa (22/3/2022).

Baca juga: BRIN Gunakan Teknologi Modifikasi Cuaca Selama MotoGP Digelar di Mandalika, Apa Itu?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com