KOMPAS.com - Penyakit ginjal kronik (PGK) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, di mana angka kejadian atau prevalensinya semakin meningkat.
Di Indonesia, prevalensi penyakit ginjal kronik menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan di tahun 2018 sebanyak 3,8 per 1000 penduduk, atau sekitar 1.017.260 orang.
Dipaparkan Sekjen Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH, dari total seluruh penduduk Indonesia yang menderita penyakit ginjal kronik, 19,3 persen di antaranya tercatat menjalani cuci darah (hemodialisis).
"Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan di mana ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan," jelas Djoko dalam konferensi pers virtual Apakah Tatalaksana Hipertensi di Masa Covid-19 Ada Perbedaan?; Jumat (18/2/2022).
Baca juga: 7 Kebiasaan yang Merusak Ginjal, Salah Satunya Kurang Minum Air Putih
"Kemudian, estimasi laju filtrasinya (eLFG) kurang dari 60ml/menit dan berlangsung lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal," sambung dia.
Adapun penyebab penyakit ginjal kronik menurut dr Djoko bisa dikarenakan berbagai hal, di antaranya:
"Hipertensi berbahaya karena bisa merusak organ penting mulai dari otak menjadi stroke, pembuluh darah menjadi serangan jantung, dan ginjal lambat laun mengalami kebocoran ginjal," kata dia.
"Kalau tidak diobati ginjalnya menjadi sclerosis, mengecil, mengeras, dan gagal ginjal, dan berujung kematian," ungkap Djoko.
Dokter Djoko juga menyoroti pengontrolan tekanan darah untuk menghindari terjadinya stroke, kebutaan di mata, serangan jantung, dan penyakit ginjal kronik.
"Pengendalian tekanan darah sangat penting, dikendalikan sampai seumur hidup, supaya tetap sehat," imbuhnya.
Baca juga: 7 Penyebab Ginjal Bocor atau Albuminuria
Menurut dia, gejala penyakit ginjal kronik belum muncul pada seseorang yang masih memasuki tahapan stadium 1 dan 2. Oleh karena itu, deteksi dini penyakit ginjal kronis sangat penting dilakukan.
"Deteksi dini sangat dianjurkan kepada masyarakat supaya jangan tunggu sakit baru check-up. Termasuk penyakit ginjal ini kalau tidak dicek darahnya, tidak dicek urine-ya tidak tahu (kondisi ginjal)," terang Djoko.
Gejala penyakit ginjal kronik yang bisa muncul pada seseorang, antara lain:
"Kita harus mendeteksi (penyakit ginjal) termasuk hipertensi, kalau normal kita bisa mencegah, kalau sudah terkena bisa diobati atau menghambat penyakitnya, dan ini biayanya tidak mahal," jelasnya.
Baca juga: Mengapa Manusia Bisa Hidup dengan Satu Ginjal?
Kendati merupakan penyakit yang serius, Djoko menyampaikan bahwa penyakit ginjal kronik dapat dicegah maupun diobati. Sebab, pasien yang menjalani prosedur cuci darah dengan teratur masih memiliki kualitas hidup yang baik.
Sementara, untuk mencegah penyakit ginjal kronik bisa dilakukan dengan 7 cara, meliputi:
"Orang dengan tekanan darah tinggi, atau kadar gula tinggi, perlu evaluasi lebih lanjut karena kontrol hipertensi dan diabetes adalah faktor kunci pencegahan penyakit ginjal kronik," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.