Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RS Pondok Indah Group

RS Pondok Indah Group adalah grup rumah sakit swasta yang mengelola tiga rumah sakit, yakni RS Pondok Indah - Pondok Indah, RS Pondok Indah - Puri Indah, dan RS Pondok Indah - Bintaro Jaya. Ketiga rumah sakit ini didukung para dokter ahli dari berbagai disiplin ilmu serta mengadopsi teknologi medis terkini untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan terdepan.

Cara Mengubah Anak Penakut Menjadi Lebih Berani

Kompas.com - 13/02/2022, 18:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Baru Jadi Ortu

Waswas soal tumbuh kembang si kecil?

Sigap konsultasi ke dokter anak via Kompas.com

KOMPAS.com - Setiap anak unik dan berbeda. Bukn hanya pertumbuhan secara fisik, tiap anak juga memiliki pertumbuhan emosi yang berbeda.

Ada anak yang terlihat pemberani, ada anak yang cenderung takut atau lebih suka menarik diri dari hal yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Menurut psikolog RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi, CGA, saat anak takut, orangtua harus memvalidasi emosi takut yang sedang dirasakan anak.

Baca juga: Anak Bermain Boneka, Studi Ini Ungkap Manfaatnya terhadap Perkembangan Emosi Anak

Validasi artinya, kita sebagai orangtua mengakui dan menerima emosi takut yang sedang dirasakan anak.

“Sebagai contoh, “Kakak merasa takut ya untuk coba naik ayunan.” atau “Adek masih takut ya untuk main sama teman baru,” kata Jane kepada Kompas.com.

“Jadi, jangan disangkal emosi anak, misalnya “Aduh Kak enggak usah takut, masa naik ayunan aja takut,” atau “Ayo Dek, main sama temanmu, jangan takut dong, teman kamu baik kok,” lanjutnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, setelah validasi emosi sudah dilakukan, berikutnya pastikan kita sebagai orangtua hadir dan menemani anak.

“Jangan malah ditinggalkan atau di time out, karena pada saat merasa takut, anak butuh rasa aman dan nyaman dari orang tuanya,” jelas Jane.

Psikolog Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi, CGAdok. RS Pondok Indah Psikolog Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi, CGA

Baca juga: Waspada, Ini Gejala OCD pada Anak

Setelah anak lebih tenang dan memastikan bahwa kita selalu hadir di dekat anak, cobalah pelan-pelan ajak anak untuk mencoba, misalnya “Mama temani ya naik ayunannya, adek bisa duduk di pangkuan mama sambil pegang lengan mama ya.”

Setelah itu, Jane menyarankan untuk memberikan apresiasi kepada anak atas usahanya yang mau mencoba hal baru tersebut, meski masih didampingi orangtua.

Kemudian, rutinkan hal tersebut agar anak semakin terbiasa. Contohnya, setiap hari atau setiap minggu coba naik ayunan, dari yang awalnya memangku anak saat naik ayunan, pelan-pelan orangtua hanya berdiri di samping ayunan sambil memegang rantai ayunan.

Lama-kelamaan orangtua bisa sedikit lebih berjarak dari ayunan, dan seterusnya sampai anak menjadi berani.

Baca juga: Anak Terlambat Bicara, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com