Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai DBD pada Anak, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Kompas.com - 11/02/2022, 16:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika musim hujan seperti sekarang, banyak orangtua khawatir apabila anaknya mengalami gejala demam selama tiga hari, atau lebih.

Pasalnya, musim hujan memang diketahui merupakan masa bagi nyamuk Aedes aegypti, yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) berkembang biak. Oleh karenanya, para orangtua pasti cemas jika sang buah hati mungkin terkena DBD.

Dijelaskan dokter spesialis anak RSIA Lombok Dua Dua, Surabaya dr Sunny Mariana, Sp.A,M.Ked.Klin, dalam dunia medis istilah demam berdarah dengue disebut dengan infeksi virus dengue.

Menurut dia, penyakit DBD disebabkan virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti, yang memiliki ciri khas berwarna hitam belang putih, dan kerap ditemukan pada genangan air.

Baca juga: Dengue Shock Syndrome, Komplikasi DBD yang Bisa Menyebabkan Kematian

Di musim penghujan seperti saat ini juga sangat mungkin bagi nyamuk Aedes aegypti hidup di genangan air, lalu berkembang biak di area tersebut.

Gejala DBD pada anak

Dokter Sunny mengatakan bahwa di tahap demam awal, gejala DBD pada anak cukup sulit dibedakan dengan infeksi lain, maupun dengan penyebab demam yang lainnya.

"Apabila demam berlangsung terus hingga tiga hari, kemudian didapatkan pola demam pelana kuda di mana (anak mengalami) demam, kemudian tidak demam, demam lagi. Kita bisa mencurigai (gejala itu) suatu demam berdarah," papar Sunny saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/2/2022).

Kendati demikian, beberapa gejala demam berdarah dengue pada anak menurut dr Sunny juga bisa dikenali, antara lain:

  • Anak mengalami panas akut dan suhu tubuhnya langsung tinggi
  • Anak menjadi malas beraktivitas atau bermain
  • Bisa diserta dengan nyeri kepala
  • Anak tampak lesu
  • Pada beberapa tahapan infeksi muncul bintik kemerahan di kulit
  • Nyeri perut
  • Anak menjadi lemas jika sudah masuk ke dalam tahapan syok

Jika anak mengalami gejala DBD tersebut, Anda perlu membawanya ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan darah lengkap.

"Di situ (pemeriksaan darah lengkap) akan dilihat bagaimana kadar hemoglobin atau sel darah merah, kadar leukosit (sel darah putih) biasanya turun, dan kadar trombosit juga turun pada kondisi seperti itu," lanjutnya.

Dia menuturkan, bahwa terapi utama DBD ialah pemberian cairan yang cukup pada anak, karena pada kasus ini yang dikhawatirkan adalah kebocoran plasma, sehingga anak berisiko jatuh dalam kondisi syok.

Anak yang terkena DBD pun diperbolehkan mengonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi sesuai dengan kebutuhannya.

"Apabila dirawat di rumah boleh makan apa saja, minum apa saja dengan cairan yang sesuai dengan kebutuhan anak," imbuhnya.

Baca juga: Rumah Sakit Penuh, Begini Cara Perawatan Demam Berdarah di Rumah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com